News

Bisnis

Super Skor

Sport

Seleb

Lifestyle

Travel

Lifestyle

Tribunners

Video

Tribunners

Kilas Kementerian

Images

Calon Presiden 2014

Gerindra Benarkan Novela Sebagai Kader

Penulis: Muhammad Zulfikar
Editor: Johnson Simanjuntak
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Novela Mawipa, saksi mandat tempat pemungutan suara Kampung Awaputu, Kabupaten Paniai, Papua, memberikan kesaksian di sidang perselisihan hasil pemilihan umum presiden dan wakil presiden di Gedung Mahkamah Konstitusi, Selasa (12/8/2014).

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Ketua DPP Gerindra bidang Advokasi, Habiburokhman membenarkan saksi Prabowo-Hatta, Novela Nawipa merupakan kader Gerindra. Maka dari itu Novela ditugaskan sebagai saksi mandat pasangan Prabowo-Hatta.

"Dia memang saksi mandat Prabowo-Hatta. Di Facebooknya juga terlihat dia Caleg Gerindra," kata Habib di gedung Mahkamah Konstitusi (MK), Jakarta Pusat, Rabu (13/8/2014).

Habib mengatakan, Novela juga merupakan pendukung Prabowo. Dan atas dasar hal itu pula lah Novela ditugaskan sebagai saksi mandat.

Nama Novela menjadi pemberitaan karena sikapnya dalam persidangan lanjutan perselisihan hasil pemilihan umum (PHPU) presiden dan wakil presiden mampu mengocok perut hakim dan para peserta sidang.

Kejadiannya, saat Novela ditanya oleh majelis hakim maupun pihak terkait dalam hal ini tim hukum Jokowi-JK, Taufik Basari. Taufik pun harus menahan nafasnya agar tidak tertawa lepas sebelum melontarkan pertanyaan kepada Novela.

"Semua yang ditanya (Taufik) sudah kita jawab sesuai di lapangan," kata Novela dengan nada khasnya di ruang sidang utama MK, Selasa (12/8/2014).

Wanita asal kampung Awabutu, Kabupaten Paniai, pun terlihat geram karena pertanyaan yang diajukan Taufik tidak relevan. Saat itu Novela ditanya siapa nama koordinator Prabowo-Hatta pusat dan ia tidak mengetahui hal itu.

"Itu (pertanyaan Taufik) tidak relevan. Itu tidak relevan," ucap Novela yang disambut tawa kecil para hadirin sidang.

Novela menegaskan, di kampungnya tidak masalah menggunakan sistem noken dalam pemungutan suara. Namun, menurutnya, di kampungnya itu tidak dilaksanakan pemilihan umum presiden.

"Apapun sistemnya, noken atau lainnya yang penting Pemilu harus ada," tuturnya.

Bahkan, Novela menyebut tidak ada sosialisasi yang dilakukan Komisi Pemilihan Umum sebelum digelarnya Pemilu. Novela pun kembali melontarkan pernyataan nyeleneh.

"Kami ini di gunung. Kenapa tidak ada sosialisasi? Tanya saja ke penyelenggara, jangan tanya ke saya," ujarnya.

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda

Berita Populer

Berita Terkini