TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Rencana presiden terpilih 2014-2019, Joko Widodo, yang akan memprioritaskan revolusi mental sejak awal dilantik pada tanggal 20 Oktober nanti merupakan langkah yang tepat, karena bangsa ini sangat membutuhkan revolusi mental.
Demikian pandangan Cendekiawan Muslim yang juga Pakar Keagamaan dan Kenegaraan Yudi Latif di Jakarta, Senin (25/8/2014).
"Saya menyambut baik rencana Jokowi memprioritaskan revolusi mental dalam pemerintahannya nanti, karena sejak lama kita menghadapi masalah serius dalam mentalitas.
Misalnya, kita masih punya mental inferior, rendah diri, bahkan mental budak. Kita tidak punya kepercayaan diri terhadap karya anak bangsa sendiri. Sebaliknya, kita kerap memuji karya bangsa lain," jelas Yudi.
Yudi lalu memaparkan bahwa dari tahun 1945-1949, Bung Karno berhasil melakukan revolusi fisik dengan menghadirkan kemerdekaan RI.
Lalu, dari tahun 1949-1955, kita mampu mempertahankan kemerdekaan, membangun pemerintahan, dan mendapatkan pengakuan dunia internasional.
Dari tahun 1956-1965, kita mulai investasi material dan keterampilan.
"Namun sejak 1965 hingga sekarang ini, kita gagal dalam melakukan revolusi mental," ungkapnya.
Maka dari itu, menurut Yudi, rencana Jokowi memprioritaskan revolusi mental dalam pemerintahannya nanti sangat tepat.
"Karena saatnya kita memulai perubahan dan kemajuan bangsa dengan menyelesaikan masalah mental.
Kita harus melakukan revolusi pada struktur mental dan keyakinan," pungkasnya.