TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA – Presiden Partai Keadilan Sejahtera (PKS) Anis Matta menegaskan sikap dan posisi partai sebagai oposisi dari Pemerintahan lima tahun mendatang adalah bagian dari ibadah. Sama halnya kala PKS berada di pemerintahan Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) selama sepuluh tahun ini.
"Ini bagian dari ibadah. Secara psikologis dan mental, kita harus biasakan diri di atas atau di bawah. Di dalam atau di luar. Kita harus pertahanan konsistensi ini. Perjuangkan ide di dalam atau di luar pemerintahan itu sama saja. Ini perlu kita garisbawahi di awal," tegas Anis Matta dalam Silaturahmi Anggota Legislatif Nasional (Silagnas) Partai Keadilan Sejahtera (PKS) di Grand Sahid Jaya Hotel, Jakarta (21/9/2014).
Lebih lanjut Anis tegaskan, opisisi bukan keinginan. Sesungguhnya, menurutnya, PKS inginnya mau memimpin. Tapi, faktanya Partai yang dipimpinnya kalah dalam Pilpres.
"Ini bukan pilihan, tapi risiko yang kita ambil. Supaya jelas, waktu kita mimpin, kita konsisten. Sesederhana itu. Apa yang penting dalam koalisi kita adalah beri gambaran baik dan benar gimana jadi kawan baik, efektif, dan setia. Punya kontribusi jelas, tahu menempatkan diri, kritis di dalam tapi sewaktu-waktu kritis di luar karena setia pada koalisi," jelasnya.
Dia juga mengingatkan para kader bukan kali ini PKS berada dalam oposisi. Pada masa kepemimpinan Hidayat Nur Wahid sudah pernah menjadi oposisi.
"Di periode Pak Hidayat jadi ketua partai sudah oposisi. Kita ditawari Menteri Agama, tapi kita tidak mau. Alasan kita cuma satu, pemerintahan itu akan gagal. Kita juga sekarang tidak mau masuk, kita tak tergoda jabatan," paparnya.