"Masalahnya, beban orang tua meningkat kalau desain pembelajarannya tidak berkualitas," tegasnya.
Baca: Kemendikbud Ingatkan Pemda Taati SKB 4 Menteri Terkait Pembelajaran di Masa Pandemi Covid-19
Baca: Kemendikbud Diminta Alihkan Anggaran POP untuk Peningkatan Mutu Pembelajaran Jarak Jauh
Kemudian, Bukik membagikan sejumlah indikator yang menggambarkan pembelajaran daring dapat disebut ideal, antara lain:
1. Guru yang kompeten dalam mempraktikkan pembelajaran merdeka belajar. Belajar bukan untuk mengerjakan ujian, tapi menguasai kompetensi.
Bukan mengerjakan soal di LKS/buku tugas, tapi tugas yang relevan dengan kehidupan sehari-hari.
2. Ada media daring yang menjadi penghubung yang terjangkau dari sisi guru maupun sisi murid dan orang tua.
3. Penggunaan media daring yang efektif, bukan hanya untuk menyampaikan instruksi dan mengumpulkan tugas.
Media daring harusnya digunakan untuk: diskusi, refleksi, dan pemberian umpan balik.
4. Kemauan guru untuk memetakan dan memahami kondisi murid dan orang tua sebagai dasar untuk menyusun rencana pembelajaran.
5. Keterlibatan orang tua sejak perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi pembelajaran.
Baca: KPK Akan Undang Nadiem Makarim Terkait Polemik POP
Baca: Soal POP Kemendikbud, Din Syamsuddin Bilang Bukan Salah Nadiem Makarim Tapi Salah Jokowi
"Untuk kondisi pandemi, ada catatan khusus: relaksasi tujuan pembelajaran."
"Harusnya pembelajaran murid tidak mengejar target kurikulum pada kondisi normal."
"Harusnya pada kondisi pandemi, capaian tidak lebih 50% dari target pada kondisi normal," urai Bukik.
Terakhir Bukik meminta guru dan orang tua saling bersinergi mencapai tujuan pembelajaran daring.
Dimana guru dapat kembangkan kompetensi untuk terampil merancang desain pembelajaran jarak jauh, termasuk memahami dan melibatkan orang tua murid dan orang tua.
"Dan buat orang tua, proaktif bertanya sekaligus memberi usulan kepada guru tentang bentuk pembelajaran yang lebih relevan dengan kehidupan anaknya di rumah," tandasnya.
(Tribunnews.com/Endra Kurniawan)