News

Bisnis

Super Skor

Sport

Seleb

Lifestyle

Travel

Lifestyle

Tribunners

Video

Tribunners

Kilas Kementerian

Images

Lebih Akrab dengan Gadget, Anak Indonesia Ketinggalan Dalam Membaca Buku

Editor: Theresia Felisiani
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Perpustakaan Satgas Yonif 125/Simbisa sambangi anak-anak Kampung Sota, Distrik Sota, Kabupaten Merauke, Papua. Selasa (11/8/2020). Kehadiran perpustakaan keliling ini, diharapkan dapat memupuk dan meningkatkan minat membaca anak-anak yang berada di perbatasan, apalagi ditengah situasi pandemi Covid-19. (TRIBUNNEWS/PUSPEN TNI)

"Bandingkan dengan di Thailand. Siswa SMA di sana wajib membaca 5 judul buku, di Amerika Serikat 32 judul buku. Di SMA Indonesia, 0 judul. Ini fakta yang sangat menyakitkan. Jadi anak-anak kita rabun membaca dan tidak menulis. Prestasinya rendah. Dari 41 negara, kita hanya peringakt 39 PISA,” ujar Dharma.

Perpustakaan Satgas Yonif 125/Simbisa sambangi anak-anak Kampung Sota, Distrik Sota, Kabupaten Merauke, Papua. Selasa (11/8/2020). Kehadiran perpustakaan keliling ini, diharapkan dapat memupuk dan meningkatkan minat membaca anak-anak yang berada di perbatasan, apalagi ditengah situasi pandemi Covid-19. (TRIBUNNEWS/PUSPEN TNI) (puspen tni/puspen tni)

Eddy Hendry, Head of Early Childhood Education and Development Tanoto Foundation, menjelaskan literasi sebenarnya bukan hanya kemampuan membaca tapi juga memahami membaca.

Saat ini belum banyak diterapkan kebiasaan membaca di usia dini.

Apalagi sekarang anak-anak lebih akrab dengan gadget, dan kebiasan mendongeng juga berkurang.

"Kita ingin ada gerakan literasi Indonesia Cinta Membaca, memastikan agar anak-anak punya kebiasaan membaca usia dini," ujarnya.

Satu di antara kegiatan Indonesia Cinta Membaca adalah mengadakan kompetisi membaca di mana kegiatan membaca bisa menjadi kebiasaan yang menyenangkan.

“Tujuan utama ingin setiap anak mencapai potensi penuh belajar mereka dan ini selaras dengan dukungan kami pada pemerintah untuk menekan angka stunting. Bicara stunting bukan soal gizi saja tapi juga aktifnya pola asuh dan kualitas pengasuhan orangtua dan di sekolah,” jelas Eddy di kesempatan yang sama.

Otak manusia berkembang sangat pesat di 1000 hari pertama kehidupan.

Ini adalah masa-masa krusial dalam tumbuh kembang anak karena sinaps yang terbentuk pada usia ini sangat cepat.

Jadi sebenarnya usia dini adalah investasi yang sangat besar.

Baca: Polisi Antar Buku Sebrangi Lautan untuk Anak Pulau Lutungan yang Belajar di Rumah, Ajari Membaca

Menurut Eddy, membaca adalah salah satu stimulasi untuk memaksimalkan perkembangan otak anak.

Di negara-negara maju, minat baca sudah dimulai jauh sebelum mereka bisa membaca.

Hasilnya, anak-anak yang suka membaca tidak memiliki kesulitan ketika bersekolah.

Sebaliknya, anak yang tidak suka membaca ternyata dikaitkan dengan tingkat kriminalitas yang cenderung lebih tinggi ketika mereka dewasa.

Halaman
123
Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda

Berita Populer

Berita Terkini