Sederhananya, bicara mengenai ujian berarti bicara mengenai readiness, atau kesiapan.
Jika anak siap menghadapi ujian, dalam arti paham dengan materi yang akan diujikan, berlatih dengan baik, dan rutin, maka kekhawatiran akan gagal pun bisa dihindari.
Sebaliknya, bagi anak yang tidak siap, menghadapi ujian dapat mendatangkan kecemasan, dan akhirnya stres.
"Nah, demotivasi muncul karena siswa belum siap menghadapi ujian, atau dia tahu dia belum paham atau tidak siap ujian, tapi tidak tahu bagaimana menghadapinya atau mencari jalan keluarnya," ungkap Maryam.
"Inilah mengapa mempersiapkan diri sejak awal sangatlah penting."
Untuk mengatasi permasalahan yang muncul karena PJJ ini, KELAS PINTAR memiliki solusinya. Misalnya ketika mengajarkan materi secara virtual, tidak semua siswa dapat memahami.
Mungkin hanya 40 persen saja yang dipahami, bisa karena koneksi yang terputus atau sebab lainnya dan tidak bisa masuk lagi dalam kelas virtual. Kendala teknis ini bisa terjadi.
Menurut Maryam, siswa perlu memperpanjang waktu belajarnya.
Baca juga: Pemerintah Daerah dan Guru Diminta Persiapkan Mitigasi Learning Loss Akibat PJJ
Baca juga: Ribuan Siswa di Cimahi Terancam Tak Naik Kelas Akibat PJJ, Kemendikbud Minta Guru Hubungi Orang Tua
Sebagai contoh, ketika terlewat atau belum paham materi pelajaran tertentu, menggunakan fitur GURU dari KELAS PINTAR siswa bisa mendapatkan penjelasan menyeluruh.
Pun demikian ketika siswa kurang paham dengan soal latihan yang diberikan oleh guru di sekolah, fitur Tanya dari KELAS PINTAR, ada untuk menjawab setiap soal yang ditanyakan.
"Berdasarkan data, menjelang ujian, baik itu saat jelang PTS (Penilaian Tengah Semester) maupun PAS (Penilaian Akhir Semester), aktivitas siswa di aplikasi KELAS PINTAR sangat meningkat. Misalnya di TANYA, begitu sesi dibuka, langsung pertanyaan itu berdatangan. Baik pada sesi pagi dari pukul 09.00 – 12.00 maupun sesi malam dari pukul 18.00 – 21.00. Secara tidak langsung menunjukkan ada beberapa materi yang belum mereka pahami, dan tidak mungkin semua dijawab oleh gurunya di sekolah," ungkap Maryam.
Dengan demikian, belajar selama PJJ tidak akan menjadi beban, karena didukung dan difasilitasi, bukan saja oleh orang tua, ataupun lingkungan, tetapi juga platform yang tepat.
"Kami pun di Kelas Pintar selalu mencoba untuk mengetahui kebutuhan dan keinginan siswa. Bahwa siswa membutuhkan materi pembelajaran yang jelas dan lengkap, bervariasi serta relevan dengan kondisi mereka. Materi pembelajaran yang mereka inginkan juga haruslah mudah dipahami, praktis serta menyenangkan," pungkas Maryam.
Terlepas dari sejumlah dampak negatif yang muncul sebagai akibat diterapkannya metode pembelajaran jarak jauh (PJJ), Intan juga tidak menampik adanya dampak positif dari PJJ.