Cahaya dari kromosfer biasanya terlalu lemah untuk dilihat langsung, dibandingkan fotosfer yang lebih terang.
Kromosfer mungkin berperan dalam menghantarkan panas dari bagian dalam matahari ke lapisan terluarnya, korona.
Junwei Zhao, seorang ilmuwan surya di Stanford University di Stanford, California, pernah meneliti Kromosfer.
Dalam penelitiannya, beberapa jenis gelombang seismik matahari mengalir ke atas ke atmosfer yang lebih rendah, yang disebut kromosfer, dan dari sana, ke korona.
Baca juga: Mengenal Jenis Gerhana Matahari Total, Cincin, dan Sebagian, serta Gerhana Bulan Total dan Penumbra
Korona
Lapisan ketiga dari atmosfer matahari adalah korona, yang berada di atas lapisan kromosfer.
Dikutip dari UCAR, korona matahari hanya dapat dilihat selama gerhana matahari total (atau dengan Observatorium Dinamika Surya NASA).
Korona muncul sebagai pita putih atau gumpalan gas terionisasi yang mengalir ke luar angkasa.
Suhu di korona lebih dari satu juta derajat, yaitu jauh lebih panas daripada suhu di permukaan Matahari yang sekitar 5.500 °C (9.940° F atau 5.780 kelvin).
Meski demikian, panas lapisan korona yang mencapai 300 kali lebih panas daripada fotosfer, masih menjadi misteri.
Materi di lapisan korona adalah plasma yang sangat panas tetapi sangat lemah.
Tekanan dan kepadatan di korona jauh termasuk rendah daripada di atmosfer bumi.
Daerah yang relatif sempit, yang disebut daerah transisi, memisahkan korona dari kromosfer.
Kemudian, suhu meningkat tajam di wilayah transisi, mulai dari ribuan derajat di kromosfer hingga lebih dari satu juta derajat di korona.
Kepadatan plasma turun dengan cepat melalui daerah transisi yang bergerak ke atas dari kromosfer ke korona.
Kemudian, saat gas mendingin, lapisan korona menjadi angin matahari.
(Tribunnews.com/Yunita Rahmayanti)
Artikel lain terkait Materi Sekolah