News

Bisnis

Super Skor

Sport

Seleb

Lifestyle

Travel

Lifestyle

Tribunners

Video

Tribunners

Kilas Kementerian

Images

Asal-usul Nenek Moyang Suku Dayak di Kalimantan

Penulis: Arif Tio Buqi Abdulah
Editor: Daryono
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Warga berpakaian adat dayak saat menghadiri pembukaan Pekan Gawai Dayak (PGD) ke 31 yang dibuka oleh Presiden Majelis Adat Dayak Nasional (MADN), Drs Cornelis, di Rumah Radakng, Jl Sultan Syahrir, Pontianak, Kalbar, Jumat (20/5/2016).TRIBUN PONTIANAK/ANESH VIDUKA

Versi keempat, (Kennedy, 1974) mengklarifikasi Dayak kedalam (1) Kenyah-Kayan-Banau; (2) Ngaju; (3) Land Dayak; (4) Klemantan-Murut; (5) Iban; dan (6) Punan.

Versi kelima oleh Sellato 91989) membagi Dayak berdasarkan nama-nama sungai besar dimana group tersebut bertempat tinggal yaiitu: (1) Melayu; (2) Iban;(3) Barito; (4) Bidayuh; (5) Sabah-Dusun-Kadasan; (6) Kayan-Kenyah; (7) Penan; (8) Kelabit-Lun Dayeh-Lun Bawang-Murut Bukit-Kajang, Berwan-Melanau.

Senjata Mandau

Di kalangan suku Dayak satu dengan lainnya menumbuh-kembangkan kebudayaan tersendiri.

Dengan kata lain, kebudayaan yang ditumbuh-kembangkan oleh Dayak-Iban tidak sama persis dengan kebudayaan yang ditumbuh-kembangkan Dayak-Punan dan seterusnya.

Namun demikian, satu dengan lainnya mengenal atau memiliki senjata khas Dayak yang disebut sebagai mandau.

Mengutip Peta Budaya Kemdikbud, dalam kehidupan sehari-hari senjata ini tidak lepas dari pemiliknya.

Artinya, kemanapun ia pergi mandau selalu dibawanya karena mandau juga berfungsi sebagai simbol seseorang (kehormatan dan jatidiri).

Dahulu mandau dianggap memiliki unsur magis dan hanya digunakan dalam acara ritual tertentu seperti: perang, pengayauan, perlengkapan tarian adat, dan perlengkapan upacara.

Yohanes Alem Mantara, pengrajin mandau di Kota Ketapang, Kalimantan Barat. (TRIBUN PONTIANAK)

(Tribunnews.com/Tio)

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda

Berita Populer

Berita Terkini