Togog dan Bilung memberitahu Prabu, Dewi Supraba meminta waktu 40 hari untuk memikirkan pinangannya.
Setelah cukup lama berbincang, Prabu bersama prajuritnya berangkat ke Padang Oro-Oro.
Sementara itu, tidak lama kemudian Batara Narada datang.
Batara Narada memberi tantangan untuk mengadu kekuatannya dengan bayi Dewi Arimbi yang ia bawa.
Prabu Kala Sekipu marah dan merasa diremehkan oleh para dewa karena harus melawan seorang bayi.
Ia lalu mengambil bayi itu dan mencoba untuk membunuhnya beberapa kali.
Prabu Kala Sekipu bertambah marah ketika bayi itu justru tertawa. Ia kemudian memasukkan bayi itu ke dalam Kawah Candradimuka.
Batara Narada menyuruh semua dewa yang hadir menceburkan senjata yang terbuat dari baja dan kuningan ke dalam kawah.
Ajaibnya, dalam kawah yang sangat panas, bayi itu tidak lebur dan justru tumbuh menjadi besar.
Senjata para dewa yang diceburkan menambah keperkasaan dan kesaktian bayi itu.
Setelah senjata itu lenyap, muncul seorang pemuda dari dalam Kawah Candradimuka.
Pemuda itu bertanya pada Batara Narada.
“Aku Batara Narada dan kamu Raden Tetuka. Ayahmu Raden Werkudara dari keluarga Pandawa,” kata Batara Narada.
Ia mengatakan mencari ayahnya, namun Batara Narada meminta Tetuka untuk mengalahkan Prabu Kala Sekipu di Padang Oro-Oro terlebih dahulu.
Baca juga: Mengenal Wayang Kulit, Berikut Penjelasannya Lengkap dengan Keberagaman Wayang di Indonesia