R.A. Kartini menjalani pingitan demi keprihatinan dan kepatuhan pada tradisi.
Ia pun harus berpisah pada dunia luar dan terkurung oleh tembok Kabupaten.
Namun, dengan semangat dan keinginannya yang tak kenal putus asa, RA. Kartini berupaya menambah pengetahuan tanpa Sekolah dengan tekun membaca apa saja yang dia dapat dari Kakak maupun Ayahnya.
R.A Kartini Mendirikan Sekolah
Kartini pernah mengajukan Bea Siswa melanjutkan Sekolah ke Negeri Belanda dan permohonan itu pada awanya dikabulkan oleh Ayahnya.
Sayangnya, dengan berbagai pertimbangan, bea siswa tersebut ia batalkan dan diserahkan kepada Putra Indonesia lainnya yang namanya kemudian sangat dikenal yaitu H. Agus Salim.
Walaupun RA.Kartini tidak berkesempatan melanjutkan Sekolahnya, namun himpunan murid-murid pertama Kartini, yaitu Sekolah Pertama Gadis-gadis Priyayi Bumi Putera, telah dibina di Serambi belakang Pendopo Kabupaten Jepara.
Ketika itu, Sekolah Kartini memasuki pelajaran apa yang kini dikenal dengan istilah Krida.
Baca juga: Komunitas Kartini Milenial Jepara Deklarasi Dukung Gus Muhaimin Jadi Capres 2024
Pernikahan R.A Kartini
Pada saat RA. Kartini sedang mengajar murid-muridnya, datanglah tamu utusan yang membawa Surat Lamaran dari Bupati Rembang Adipati Djoyohadiningrat yang sudah dikenal sebagai Bupati yang berpandangan maju.
Kemudian tepat tanggal 12 November 1903 RA. Kartini melangsungkan pernikahannya pada usia 24 tahun dengan Bupati Rembang Adipati Djoyohadingrat dengan cara sederhana dan kemudian diboyong ke Rembang.
Pada saat kehamilan RA Kartini berusia 7 bulan, dirinya merasakan kerinduan yang amat sangat pada Ibunya di Jepara.
Suaminya telah berusaha menghibur dengan musik Gamelan dan Tembang-tembang yang menjadi kesayangannya, tapi semua itu tidak dapat mengobati kerinduannya.
Kematian R.A Kartini