TRIBUNNEWS.COM - Bahasa Jawa adalah satu dari sekian bahasa daerah di Indonesia.
Bahasa Jawa termasuk golongan bahasa Austronesia, yaitu bahasa-bahasa yang digunakan oleh berbagai bangsa di kepulauan selatan-timur benua Asia.
Menurut laman BPAD Provinsi DI Yogyakarta, bahasa Jawa ditulis menggunakan aksara Jawa (keturunan aksara Brahmi dari India), aksara Jawa-Arab (pegon) dan aksara Latin.
Aksara jawa atau yang juga dikenal dengan huruf hanacaraka adalah aksara tradisional di Indonesia yang berkembang di daerah Jawa.
Baca juga: Mengenal Budi Utomo, Organisasi Pelopor Gerakan Kebangkitan Nasional
Menurut laman Kota Surakarta, huruf-huruf jawa ini merupakan turunan dari aksara Brahmi yang pernah dan sering digunakan untuk penulisan naskah-naskah berbahasa Jawa pada masa lalu.
Dulu, aksara banyak digunakan pada zaman-zaman kerajaan.
Aksara Jawa dulunya diciptakan oleh Aji Saka dari kerajaan Medang Kamulan, yang telah berbuat ceroboh dengan memberikan dua perintah berbeda pada dua abdi setianya yang bernama Dora dan Sembada.
Kerancuan perintah Ajisaka menyebabkan dua abdi saktinya itu bertarung habis-habisan hingga meninggal.
Karena kesalahan Ajisaka, dua abdi paling setia yang dimilikinya meninggal.
Ajisaka lalu mengabadikan kisah Dora dan Sembada dalam ukiran aksara kuno yang sekarang dikenal dengan Hanacaraka atau Aksara Jawa.
Baca juga: Mengenal Candi Borobudur dan Tiga Zona Bagian Luarnya
Aksara Jawa
Aksara Jawa atau yang biasa disebut aksara Legena memiliki banyak hal menarik, mulai dari bentuk huruf, sejarah, legenda, makna yang dimiliki, dan perkembangannya.
Menurut Museum Nusantara, dalam Aksara Jawa atau huruf Hanacaraka, terdapat berbagai macam penulisan dan unsur yang digunakan.
Selain itu di dalamnya memiliki makna mendalam, seperti yang tertulis di bawah ini: