"Seperti contoh anak tidak akan menghafal nama-nama atau bagian tumbuhan tapi kami beri pemahaman mengapa kita harus menanam tumbuhan," ungkap Aris.
"Siswa akan memhami konsep tanggung jawab disitu, bahwa jika pohon tidak ditanam atau tumbuh bisa membahayakan lingkungan seperti terjadi longsor atau banjir," katanya.
Tak hanya dari guru ke anak, lewat IB, Al Firdaus World Class Islamic School juga memberikan pendekatan yang menyesuaikan dengan kebutuhan dan kemampuan siswa.
Sehingga pembelajaran setiap siswa tidak lah sama.
Model pembelajaran tersebut agak mirip dengan kurikulum merdeka yang kini tengah dicanangkan oleh pemerintah.
"Sebelum ada Kurikulum Merdeka, sekolah kami sudah menerapkan hal tersebut namun hanya julukannya yang berbeda," katanya.
Lewat pembelajaran dengan sistem IB, Aris Ariyanti mengatakan, siswa bisa memiliki kemampuan berpikir kritis, kreatif, inovatif dan tentunya memilki skill berkomunikasi dan sosialisasi yang mumpuni.
Sistem IB bertujuan agar siswa memiliki 11 karakter yakni Inquirers, Knowledgeable, Thinkers, Communicators, Principled, Open Minded, Caring, Risk Takers, Balanced, Reflektive dan tentunya Minnallah-Ma’iyyatullah-Illallah (MMI).
"Kami berharap siswa yang belajar disini bisa menjadi Global Muslim Citizens, penduduk muslim yang ikut mendamaikan dunia," kata Aris.
"Lewat pembelajaran tersebut kan anak jadi akhirnya punya skill bersosialisasi, mereka jadi punya rasa ingin tahu dan itu yang penting untuk masa depan mereka," kata dia.
Diakui Sebagai Sekolah Inklusi Pertama oleh Pemerintah
Dengan visi misi tak membedakan siswa, Al Firdaus World Class Islamic School juga menjadi sekolah inklusi bagi penyandang disabilitas.
Sekolah inklusi telah marak sejak tahun 2000-an, namun rupanya Al Firdaus sudah lebih dulu membangun sekolah untuk anak-anak berkebutuhan khusus tersebut.
"Di pembelajaran tersebut, siswa penyandang disabilitas bisa belajar bersama dengan anak-anak reguler lainnya di kelas yang sama," kata Aris.