Tidak berhenti sampai di situ, setiap rumah di Desa Sibangkaja memelihara minimal sepasang Burung Jalak Bali, sebagai bentuk kepedulian masyarakat terhadap eksistensi satwa endemic tersebut, untuk diwariskan pada generasi selanjutnya.
Dukungan pembangunan dan fasilitas penunjang untuk keberlangsungan program konservasi Jalak Bali terus dilakukan oleh Pertamina untuk meningkatkan kualitas dari program yang dicanangkan agar dapat memberikan dampak yang baik kedepannya.
Pembangunan kandang volier misalnya, menjadi senjata ampuh untuk membantu Jalak Bali dalam bereproduksi dan melahirkan peranakan baru guna menambah jumlah populasi mereka di dunia.
Selain pembangunan-pembangunan tersebut, dihadirkan beragam inovasi dari Pertamina untuk mendukung program konservasi dari Jalak Bali tersebut. Diantaranya adalah inovasi inkubator telur yang dapat menjaga kualitas dari telur yang dihasilkan oleh Jalak Bali dewasa untuk meningkatkan harapan kelahiran peranakan baru, juga inovasi dalam hal pakan yang digunakan sebagai sumber konsumsi bagi Jalak Bali.
Pakan yang diberikan kepada Jalak Bali semenjak 2017 diberikan inovasi berupa pelet yang berasal dari cangkang Kepiting, dedak jagung, sentrat, dedak padi, madu, dan vitamin-vitamin terkait.
Diketahui bahwa cangkang Kepiting yang digunakan juga berasal dari Kampung Kepiting yang letaknya tidak berjauhan dari lokasi Desa Sibangkaja. Cangkang Kepiting digunakan dalam campuran bahan pakan karena terkenal memiliki kalsium yang luar biasa tinggi untuk kesehatan dari Jalak Bali dan menghasilkan peranakan yang baik.
Jerih payah tersebut terasa lebih bermakna ketika program konservasi yang dilakukan membuahkan hasil yang sangat signifikan terhadap eksistensi Jalak Bali sekarang. Bermodalkan 18 ekor pada tahun 2015, sekarang jumlahnya telah mencapai 45 ekor yang berada di penangkaran Jalak Bali Desa Sibangkaja.
Sejak tahun 2015 hingga sekarang, melalui program CSR PT Pertamina (Persero) di DPPU Ngurah Rai telah berkontribusi terhadap peningkatan populasi Jalak Bali di dunia sebesar 10%. Dimana dalam penangkaran itu sendiri terdapat peningkatan 150% populasi Jalak Bali dari dimulainya program konservasi hingga saat ini.
“Jalak Bali yang dulu tumbuh berkembang begitu pesat di Bali Barat sekarang ini sudah semakin punah. Inisiatif masyarakat bersama Pertamina ini membangkitkan kembali dan menyadarkan kita bersama untuk mencoba kembali menumbuhkembangkan Jalak Bali,” ujar Wakil Bupati Badung, I Ketut Suiasa.
Sekarang, program konservasi tersebut telah melekat dalam diri setiap masyarakat Desa Sibangkaja. Uniknya, desa ini sekarang mendapat julukan Kampung Jalak Bali atas kontribusinya dalam melestarikan burung cantik dari Pulau Dewata tersebut.
Adanya konservasi tersebut, membuat Desa Sibangkaja ramai didatangi oleh pengunjung, baik pelajar ataupun wisatawan yang ingin melihat dari dekat Jalak Bali, ikon fauna dari Pulau Dewata.
“Dari Pertamina, dukungan yang luar biasa buat kita, untuk pembangunannya, fasilitasnya, dan semua dukungannya termasuk masyarakat kita juga dibantu untuk pengerjaan program ini. Pengunjung yang ada di Sibangkaja, mulai dari murid-murid dari lokal bahkan dari tamu-tamu banyak yang antusias dan peduli sekali tentang apa yang kami lakukan,” ujar I Nyoman Madia salah satu warga yang turut berpartisipasi dalam melestarikan Jalak Bali.
Efek simultan dari program CSR Pertamina di DPPU Ngurah Rai telah menghasilkan tidak hanya dari aspek lingkungan yang melestarikan dan melindungi Jalak Bali dari kepunahan.
Namun, juga merambah kepada aspek pendidikan yang menjadi tempat edukasi bagi masyarakat dalam pengembangbiakan Jalak Bali, aspek sosial yang menjadi tempat bagi masyarakat untuk mensosialisasikan kepada pengunjung untuk ikut serta dalam melestarikan dan melindungi Jalak Bali, aspek ekonomi yang menjadi tempat bagi kelompok konservasi Jalak Bali untuk mendapatkan pemasukan dari wisatawan yang datang berkunjung untuk melihat Jalak Bali, dan aspek pemberdayaan yang membuat kelompok konservasi tersebut menjadi mahir dalam pemeliharaan Jalak Bali dan menjadi acuan bagi kelompok penangkar yang lain.