Selain sebagai duta besar di Qatar, Beckham juga memiliki kerja sama endorsement dengan Adidas, jam tangan Tudor, dan merek wiski miliknya sendiri, Haig Club.
Beckham juga tercatat sebagai pemiliki saham klub MLS Inter Miami.
Profesor Ekonomi olahraga dan geopolitik di SKEMA Business School, Simon Chadwick juga menyebut Beckham tentu akan mendapatkan risiko geopolitik dengan mengambil langkah tetap berada di Piala Dunia.
"Saya pikir ketika terlibat dalam segala bentuk hubungan komersial, tetapi tentu saja sponsor atau endorsement dan peran duta besar akan disertai dengan risiko geopolitik," jelas Simon Chadwick pada CNN Sport.
Baca juga: David Beckham dan WAGs Ronaldo Ramaikan Piala Dunia 2022, Ketemu Keluarga Kerajaan Qatar di Stadion
Reaksi Brand Ternama
Sejak tahun 2010 Qatar dinobatkan sebagai tuan rumah Piala Dunia 2022, catatan hak asasi manusia Qatar menjadi sorotan dunia.
Mulai dari kematian dan kondisi imigran hingga hak kaum LGBTQ dan hak-hak perempuan.
Sebagian besar kritik masuk pada FIFA dan Qatar dari negara-negara bebas, khususnya di Eropa Barat dan Amerika Utara.
Brand ternama dunia yang terlibat seperti Adidas atau McDonald's memiliki basis konsumen di seluruh dunia, mencakup konsumen dengan berbagai kebebasan untuk mengkritik isu hak asasi manusia.
Ben Peppi, kepala layanan olahraga di JMW Solicitors menjelaskan jika brand ternama akan tetap berada di turnamen Piala Dunia meski isu geopolitik memanas.
Karena pemasaran termasuk kunci utama khususnya di pasar global seperti Piala Dunia.
"(Qatar Airways) tidak akan mulai terlibat dalam kampanye aktivisme konsumen untuk melawan pemerintahannya sendiri," jelas Simon Chadwick.
Empat brand China yang mensponsori Piala Dunia, Wanda, Vivo, Mengniu Dairy, dan Hisense kemungkinan besar tak akan berbicara apapun terkait isu hak LGBTQ.
Brand Ternama Pilih Diam