Besarnya dukungan membuat Sutrisno yakin bahwa Jokowi-Ma'ruf akan memenangkan Pilpres 2019 mendatang.
Basis-basis Gus Dur di seluruh Sumut mulai bergerak, ditambah pilihan keluarga Gus Dur yang juga mampu mempengaruhi dukungan pemilih rasional kaum nasionalis yang juga berafiliasi politik dengan Gus Dur.
Stop Perang Tagar
Perang tagar antar-pendukung masih terus berseliweran.
Masyarakat masih disuguhi tagar #2019GantiPresiden dan #2019TetapJokowi. Kondisi ini berpotensi menimbulkan konflik horizontal.
Menurut Dadang Darmawan Pasaribu, akademisi dari FISIP USU, perang tagar hanya memperkeruh dan tidak mendidik masyarakat yang karakternya menelan mentah-mentah semua isu tanpa mau melakukan cek dan ricek.
"Tagar sudah menjadi identitas antar-kubu dan masyarakat kita selalu menelan mentah-mentah," ucapnya.
Sering terjadi perdebatan absurd di media sosial antar-kelompok pendukung atau lawan.
Ujung-ujungnya, muncul kelompok baru dengan isu baru yang melawan kedua tagar.
Berada di tengah, menjadi penetral wacana, seperti pengusung #2019TetapSaudara.
"Maunya, situasi yang sudah keruh jangan lagi diperkeruh karena yang menerima dampak masyarakat sendiri. Stop perang tagar, supaya tidak ada konflik yang berpotensi memecah belah persatuan. Masing-masing pihak harus memberikan edukasi politik yang bijak, yang menguatkan fondasi bangsa," kata aktivis 98 itu.
Saat ini, kata Dadang, masyarakat Indonesia mulai kehilangan modal sosial sehingga persatuan semakin lemah.
Akhirnya mudah dimanfaatkan kepentingan politik yang tidak melihat nilai luhur bangsa.
Ada disharmoni di dalam masyarakat yang gejalanya sudah terlihat.
Sebelumnya, para antropolog sudah menyatakan bahwa nilai-nilai keindonesiaan sudah minim dimaknai masyarakat kita.(Kompas.com / Mei Leandha)
Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul Gusdurian Banyak di Sumut, Ini Tambahan Suara untuk Jokowi-Ma'ruf