Laporan Wartawan Tribunnews.com, Fransiskus Adhiyuda
TRIBUNNEWS.COM, ACEH JAYA - Tim Kampanye Nasional (TKN) Joko Widodo-KH Ma'ruf Amin meluruskan fitnah yang selama ini beredar di masyarakat bahwa Jokowi adalah pemimpin anti-Islam.
Hal itu disampaikan di sela Safari Kebangsaan X saat bertemu para ulama dan pengurus pesantren se-Kabupaten Aceh Jaya, di Pondok Pesantren Darunnizham, Tanoh Anou, Kecamatan Teunom, Kabupaten Aceh Jaya, Rabu (6/3/2019).
Tim KH Ma'ruf Amin, KH Lukmanul Hakim, menjelaskan dirinya mendapat pesan khusus dari cawapres nomor urut 01 untuk menyampaikan apa yang sesungguhnya di tengah maraknya fitnah terhadap Jokowi.
Salah satu fitnah yang paling kuat adalah bahwa Jokowi tak cinta atau memusuhi Islam.
Baca: Jokowi: Uang KIP Tidak Boleh Dibelikan Handphone dan Pulsa
"Bagaimana mungkin Jokowi memusuhi Islam kalau cawapresnya saja seorang ulama Islam? Pak Jokowi yang menetapkan Hari Santri. Membangun bank wakaf mikro di pesantren. Meresmikan Komite Nasional Keuangan Syariah yang dipimpin langsung Pak Jokowi. Bagaimana mungkin beliau benci Islam?" kata Lukmanul Hakim.
Wakil Ketua Majelis Ulama Indonesia itu mengatakan, semua fitnah soal Jokowi benci Islam adalah sama sekali tak benar.
Baca: Kekerasan Terhadap Perempuan dalam Dunia Siber Pada 2018 Meningkat, Terbanyak Revenge Porn
Namun, sayangnya selama ini Jokowi terlalu fokus bekerja sehingga fitnah yang dibiarkan itu terlanjur dipercaya sejumlah masyarakat.
"Selama ini memang beliau tak melawan karena fokus bekerja. Mungkin beliau berpikir bahwa hasil kerjanya akan membuat orang takkan percaya fitnah itu. Tapi ternyata masih ada saja yang percaya. Sebab fitnah dijadikan sebagai komoditi politik oleh lawan politik beliau," ungkap Lukmanul Hakim.
Dalam kesempatan itu, Lukmanul juga menyampaikan pemahaman kebangsaan yang dimiliki Kiai Ma'ruf Amin.
Sejak sebelum menjadi cawapres, Kiai Ma'ruf disebutnya sudah memiliki pemahaman bahwa Indonesia adalah 'negara kesepakatan'.
Baca: Sekertaris TKN: Di Bawah Kepemimpinan Jokowi Lapangan Pekerjaan Tersebar Hingga Pelosok
"Bahwa kita seluruh warga negara Indonesia, sepakat tinggal bersama, walau dari berbagai suku bangsa, agama, dan bahasa. Bentuk kesepakatannya adalah Pancasila," jelas Lukmanul Hakim.
Memahami ajaran Kiai Ma'ruf soal Indonesia sebagai negara kesepakatan itu, menjadi kontekstual di tengah adanya gerakan yang ingin menggeser Indonesia menjadi negara agama.
"Mereka menyebut bahwa negara republik saat ini adalah negara thogut atau berhala. Demokrasi kita adalah thogut. Inilah yang kita luruskan lagi," ungkapnya.