Ya akhirnya yang pasti aja dah. Bagaimanapun, kite juga mau ada pemimpin yang peduli sama budaya Betawi dan Pak Jokowi orangnye
Tribun : Termasuk uang kertas baru?
Lutfi : Iya itu juga. Kita minta satu, dikasih dua. Uang kertas Rp 2000 dan RP 100.000. Uang kertas yang nilainya paling tinggi itu, ada tari topeng Betawi, yang Rp 2000 tokoh Betawi, Muhammad Husni Thamrin.
Tribun : Tapi, ini bukan bertentangan dengan Pilkada 2017 kemarin?
Lutfi : Politik ini kan dinamis, tidak statis. Ada pepatah Arab bilang, jadilah kamu orang yang dinamis, fleksibel, lentur, mengikuti perubahan dan jangan kamu jadi orang yang statis. Karena hidup ini berubah. Maka, kita ikuti perubahan.
Kalau kemaren memang kita yang mengawali, menyikapi Ahok, maka sekarang momennya bukan Pilkada, tapi pilpres. Jangan kemudian, Pilkada auranya dibawa-bawa sampai sekarang.
Ahok sudah dipenjara, sudah menjalankan hukuman, maka tidak ada alasan lagi untuk menyebarkan api dendam.
Tribun : Anda sempat mengatakan kekecewaan dengan Gubernur Anies tentang Perda nomor 4 Tahun 2015, apa ini juga masuk jadi salah satu faktor?
Lutfi : Jujur aje, salah satu faktor kita dukung Pak Jokowi, ya kite kecewa ama pilkada kemaren. Ya salah satunya itu. Harusnya sudah selesai disempurnakan soal Perda nomor 4 Tahun 2015. Sampai sekarang, enggak ada tuh yang begitu.
Tribun : Bentuk Konkret dukungan?
Lutfi : Kita tetap fokus program jaga kampung untuk menghindari hal-hal yang tidak diinginkan. Kita tidak ingin ada penyebaran hoaks dan lain-lain. Kalaupun kita diminta untuk jadi saksi, kita akan sukarela untuk menjalankan itu.
Tribun : Kalau nanti ada permasalahan atau menjelek-jelekkan FBR di dunia maya karena sangat berbeda dengan Pilkada bagaimana?
Lutfi : Sekarang ini pilihan hanya dua dan kita harus menentukkan untuk mendukung yang sebelah mana? Saya sudah bilang dengan teman-teman, kalau pilihan itu ada konsekuensinya.
Jadi, kalau kata orang Betawi, "Dikatain mah kagak nempel" jadi tidak masalah.