Sikap generasi Z yang memilih Jokowi
Bagi Aida Ameera, 17 tahun, pelajar SMA dari Tangerang Selatan, orangtua juga cukup berpengaruh atas pilihannya, namun dia mengaku mendapat informasi cukup banyak dari membaca.
Ini katanya soal sosok Prabowo, "Duh gimana ya, saya 'kan (pernah) ikut Kamisan, yang sudah 'dilakukannya' pada masanya itu jahat."
Di Jakarta, Putri adalah pemilih remaja lain yang akan menjatuhkan suara pada pasangan capres 01. Alasannya, kinerja Jokowi cukup berhasil membawa perubahan.
"Kalau dari saya pribadi, saya merasakan juga usaha yang dilakukan semuanya itu, kayak misalnya yang Freeport yang berhasil diambil," kata mahasiswa semester dua ini.
"Saya sih penasaran, ini kan nanggung baru satu periode, nanti Indonesia itu oleh Pak Jokowi dengan kabinet baru akan dibawa ke mana?" lanjut Putri
Pengaruh pilihan politik orangtua
Pengamat Politik dari Global Studies Northwestern University menyebut pengaruh orangtua terhadap pilihan politik Generasi Z cukup dominan.
"Generasi Z itu pada akhirnya mengikuti pilihan orang tua, walaupun mereka sangat aktif mengkonsumsi informasi di sosial media, terterpa berbagai informasi kampanye dari calon sana-sini, tapi siapa pilihannya, saya rasa masih dipengaruhi pilihan poltik orangtuanya," ujarnya kepada Arin Swandari melalui hubungan telepon, Rabu (20/03).
Kata Aulia, pengaruh pilihan orang tua juga termasuk ketika mereka cenderung terjebak dalam politik identitas yang sekarang ini sedang mengemuka.
Sementara, pengamat politik yang juga pimpinan lembaga survei Charta Politika Indonesia, Yunarto Wijaya, mengatakan peran orang tua cukup mempengaruhi pilihan politik generasi Z, tetapi tidak dominan.
Risiko yang justru lebih besar muncul jika saat pertama memilih mereka disuguhi oleh pertarungan yang penuh bumbu primodial dan SARA, katanya.
"Ketika anak-anak muda pertama kalinya dalam pemilu langsung, melihat sebuah pertarungan yang sifatnya primodial, SARA, atau ujaran kebecenian berbau sara, ini akan mendegradasi politik di mata mereka," jelas Yunarto.