"Nah sistem itu dengan cepat sekali," tegasnya.
Menanggapi hal itu, Vasco Ruseimy kembali bertanya kapan data itu didapat.
"Oh pas hari H itu ya prof ya?" tanya Vasco Ruseimy.
"Pas hari, sekian jam, kan (sama) sebetulnya model quick count atau exit poll saja itu sebenarnya," jawab Profesor Laode.
Sekali lagi, Laode menegaskan bahwa klaim perolehan suara kemenangan Prabowo-Sandi mulanya melalui sms.
"Tapi kan kita lihat itu, kemudian ketika dikemukakan itu memang seperti itu, yang jumlah 62 persen itu kan sms basisnya," beber Profesor Laode.
Profesor Laode menyebut data C1 yang sudah dikumpulkan BPN Prabowo-Sandi hingg saat ini sudah mencapai 1.250.000.
"Jadi orang yang mengumpulkan itu lebih dari 1 juta, jangan lupa DPT kan cuma 800 ribu, orang mengirim kan satu TPS bisa dikirim 2-3 orang begitu antusias orang, terkumpul di kita itu 1.250.000 juta," kata Profesor Laode
"Itu double-double," timpal Vasco Ruseimy.
Profesor Laode menjelaskan data tersebut belum semua terverifikasi.
Masih ada data C1 yang error.
"Verifikasi bertahap, jadi kita lihat kategorikan dari Aceh sampai Papua Barat polanya sama yaitu pakai tusuk tapi Papua kan tidak boleh karena itu Papua kita sendirikan, mulai mengambil sederhana, random, atur rata-rata, semua provinis kita isi, mulai dari 5 persen lalu 10 persen seperti apa, 15 persen kaya apa, 25 persen, kemarin itu 30 persen seperti apa. Dari data itu menunjukkan kita jauh di atas, perolehan kita terus terang aja apa yang ditemukan Situng itu terbalik itu, mestinya kita yang besar," kata Profesor Laode.
Menurut Profesor Laode, data yang dimiliki BPN Prabowo-Sandiserta sudah diberikan pada KPU.
Menurut Profesor Laode, KPU mengakui bahwa data yang dientri di Situng merupakan data apa adanya atau data yang belum diverifikasi.