"Yang luka tembak, empat orang yang ke rumah sakit polri itu semua single bullet," ungkap Hermawan.
"Ketembak dari samping kanan, di leher."
"Single bullet itu satu peluru nembak dan kenanya kepala."
"Kalau polisi, dia pasti dor, dor, dor (sembari memperagakan gaya menembak), banyak."
"Biasanya lubangnya enggak hanya satu."
"Dan yang paling gampang nembak badan, ada lubang dua di depan atau di belakang," tambahnya.
Baca: PSI Dukung Polri Usut Dalang Kerusuhan 22 Mei
Dengan tegas dirinya memastikan bahwa yang melakukan aksi penembakan dalam kerusahan bukan dari aparat.
"Bukan dari polisi," tegasmya.
Selain itu, ia lantas menyinggung senjata yang biasa digunakan oleh perwira berjenis glock.
"Glock memang senjata polisi dengan jarak pendek, tapi kan enggak ada perwira yang di depan,"
Hermawan menjelaskan bahwa jika senjata api jenis glock digunakan dari jarak jauh maka bekas keluarnya peluru di tubuh korban tampak lebih besar.
Namun, jika ditembakkan dari jarak dekat maka bekas keluarnya peluru hampir sama saat peluru ditembakan.
"Nah siapa yang bisa nembak kepala siapa yang bisa nembak leher gitu, ini patut dipertanyakan," tandasnya.
Namun saat Hermawan ditanya oleh pembawa acara siapa di balik penembakan itu, dirinya enggan untuk menjawabnya.
Baca: Mantan Kepala Intelijen Ungkap Mudahnya Menguak Dalang Kerusuhan Aksi 22 Mei
Simak videonya dari menit 2.30
(TribunWow.com/Atri)
Artikel ini telah tayang di Tribunwow.com dengan judul Kepala Pusat Kajian Keamanan Nasional Beberkan Kejanggalan Aksi 22 Mei, Perusuh hingga Senjata Api.