Karena saat itu ada korban aksi 22 Mei yang mirip dengan Harun yang berusia muda juga.
"Jadi coba cocokkan fotonya Harun dengan yang ada di RS Dharmais karena di Dharmais itu ada anak umur 14 tahun korban tembak polisi, beritanya seperti itu," ujar Didin.
"Di share di grup HP saya memang mirip seperti Harun, matanya gitu mirip, tapi rambutnya agak keriting jadi enggak mirip Harun," tambah Didin.
"Enggak lama tim dari relawan datang ke rumah mencocokkan bahwa foto yang di share di grup itu mirip tidak dengan data yang mereka punya."
Baca: Mantan Kepala Intelijen Ungkap Mudahnya Menguak Dalang Kerusuhan Aksi 22 Mei
Baca: Pasca 22 Mei, Transjakarta Hari Ini Mulai Normal Layani Penumpang
Didin bercerita tim relawan yang mendatanginya merupakan orang yang pertama kali menemukan Harun dan membawa ke RS.
"Tim relawan yang pertama kali menemukan anak saya di TKP terus diangkat ke ambulans. Jadi awal mereka tahu itu diangkat ke RS Dharmais mereka tahu semua kondisinya," ujar Didin.
"Kondisi anak saya di sininya nih (memegang tengkuk kepala) lembek terus ada peluru (memegang bahu kanan) lubang tembus katanya ke sini, ke paru-paru, jantung," kata Didin sambil menunjukkan beberapa luka yang didapat Harun.
"Akhirnya karena tidak tahan itu sekitar pukul 21.45 WIB dinyatakan anak saya enggak ada tanggal 22 (Mei)," tambahnya.
Keluarga Harun lalu diminta untuk ke RS mengambil jenazah dari Harun.
Baca: Di Paripurna, Anggota Fraksi Gerindra Interupsi Pembentukan TGPF Kerusuhan 22 Mei
Baca: 8 Fakta Tersangka Kerusuhan 22 Mei: Desersi dari TNI hingga Dibayar 5 Juta untuk Bunuh Pejabat
Orangtua Harun memutuskan untuk mewakilkan pengambilan jenazah Harun ke keluarganya.
"Terpaksa saya wakilkan pada orang tua saya dan adik paling bungsu mereka jalan ke sana, sebenarnya tidak langsung ke Dharmais karena posisinya dioper ke RS Kramat Jati jadi sampai di Kramat Jati katanya tidak bisa diambil karena jenazahnya ini harus melalui proses minta surat pengantar dari Polres Jakarta Barat," kata Didin.
Namun, hingga Harun meninggal, pihak keluarga tidak diberi tahu apa penyebab Harun meninggal dunia.
"Tidak ada (yang beri tahu), bahkan waktu orangtua saya di Kramat Jati pun di rumah sakit itu tidak boleh melihat mayatnya," kata Didin.
"Dia hanya bisa melihat foto di HP, 'betulkah bapak ini namanya anak ini', dan namanya pun disebutkan Mr X," tambahnya.
Didin tak mengetahui alasan anaknya tak diberi nama, saat itu ia hanya berpikir karena Harun tidak membawa kartu identitas sama sekali.