News

Bisnis

Super Skor

Sport

Seleb

Lifestyle

Travel

Lifestyle

Tribunners

Video

Tribunners

Kilas Kementerian

Images

Harga Bahan Bangunan Naik 30 Persen, REI Minta Rumah Subsidi Dinaikkan 7 Persen

Editor: Hendra Gunawan
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Rumah subsidi Puri Harmoni Kertamukti di Bekasi. Permintaan rumah subsidi di era post pandemi malah kebanyakan datang dari kaum milenial yang terus meningkat.

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA -- Pemerintah sudah selayaknya menaikkan harga rumah bersubsidi.

Hal ini dilakukan untuk menyesuaikan dengan kenaikan barang-barang pendukungnya.

Wakil Ketua Umum REI Bambang Ekajaya mengatakan, kenaikan harga bahan bangunan saja telah lebih dari 30 persen.

Belum lagi harga BBM dan biaya operasional yang sudah melonjak.

Baca juga: Pemerintah Tekankan Pentingnya Sektor Properti Dalam Pertumbuhan Ekonomi Nasional

"REI telah mengusulkan adanya aturan penyesuaian harga rumah subsidi sejak kuartal tiga 2022," kata Bambang dikutip dari Kontan.co.id, Minggu (5/2/2023).

Bambang mengatakan, yang diminta anggota REI adalah pemerintah menaikkan kenaikan harga rumah subsidi sebesar 7%.

“Kenaikan 7% adalah jalan tengah agar pengembang tetap bisa beroperasi dan konsumen masih bisa menjangkau harga rumah susidi,” ujar Bambang.

Bambang menuturkan, rumah subsidi di negara-negara lain adalah kewajiban pemerintah.

Akan tetapi di Indonesia sebagian besar pembangunan rumah subsidi dilaksanakan swasta dengan insentif-insentif dan kemudahan, termasuk pembiayaan.

Ia bilang, bisnis pembangunan rumah subsidi memang bermargin terbatas tapi dengan volume yang tidak terbatas.

Saat ini, backlog kepemilikan perumahan Indonesia hampir mencapai 13 juta dan terus tertambah.

Oleh karena itu agar bisa mencapai target pemerintah yakni 1 juta per tahun diperlukan juga konsistensi pembiayaan bersubsidi dan support pemda dari perijinan sampai dengan sertifikasi penunjang lainnya.

Baca juga: Properti di Kabupaten Tangerang Kian Diminati, Harga Rp800 Juta hingga Rp2 Miliar Banyak Dibeli

Bambang menyebut, setiap keterlambatan akad akan mengerus margin pengembang.

“Justru yang terpenting adalah ketersediaan KPR bersubsidinya dan tentu kemudahan dalam proses perijinan agar semua bisa berjalan on the track,” terang Bambang.

Halaman
12
Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda

Berita Populer

Berita Terkini