Laporan Wartawan Tribunnews.com Eko Sutriyanto
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Pembangunan infrastruktur transportasi yang masif di wilayah Barat Jakarta seperti jalan tol dan akan segera disusul pembangunan jalur MRT Cikarang-Balaraja.
Director of Strategic Consulting Cushman & Wakefiels Indonesia Arief Rahardjo mengatakan, tren pembangunan tersebut mendorong banyak pengembang membangun proyek perumahan skala besar yang mengikuti arah perkembangan infrastruktur.
“Kemudahan aksesibilitas sangat krusial karena berdampak langsung pada waktu tempuh hingga kenyamanan penghuni," kata ujarnya dalam Laporan MarketBeat Cushman & Wakefield Indonesia belum lama ini.
Dia mengatakan, kemudahan akses juga akan mendorong naiknya nilai properti yang dipasarkan pengembang.
Khusus pengembangan wilayah arah Barat Serpong yakni Bitung-Balaraja, Arief menyampaikan, kendati masih moderat bila dibandingkan dengan pengembangan di area Serpong dan sekitarnya.
Menurut dia, kawasan ini akan sangat potensial di masa depan, terutama dengan adanya beberapa rencana infrastruktur yang akan meningkatkan aksesibilitas area tersebut, seperti rute tol Serpong - Balaraja dan rencana pengembangan rute MRT Cikarang-Tangerang atau Balaraja.
“Di sisi lain, ketersediaan lahan di area Tangerang Selatan hingga area Serpong, sudah mulai terbatas, sehingga pengembangan pada area Bitung di Kabupaten Tangerang dianggap cukup potensial,” terang Arief.
Yayat Supriatna, Pengamat Perkotaan menjelaskan bahwa koridor barat adalah real Jakarta masa depan.
New greater Jakarta adanya di poros barat. Jakarta harga rumahnya sudah mahal dan biaya hidup tinggi. Masyarakat akan mencari quality of life, nyaman, aman, udara bersih, lingkungannya bagus dan diversity-nya banyak.
Baca juga: Stasiun Kereta Cepat Karawang Beroperasi Awal 2025, Tunggu Buka Akses Tol Japek Km 42
"Koridor barat Jakarta sekarang sudah tersambung dengan koridor timur, dimana kedua poros tersebut memiliki basis ekonomi yang hampir sama yaitu industri."
"Bedanya koridor barat lebih unggul karena poros barat memiliki fasilitas yang lebih lengkap dan pengembang besar berskala kota lebih banyak dan sudah terbangun kawasannya dengan desain lebih baik," papar Yayat Supriatna.
Dalam konteks investasi, koridor barat dinilai Yayat memiliki berbagai keunggulan. Disamping harga rumahnya relatif cepat berkembang , masyarakat fixed income-nya juga besar.
Koridor barat, khususnya lokasi Paramount Petals, berada diantara Proyek Strategis Nasional (PSN)-BSD dan PSN - PIK2.
Baca juga: Populerkan Rumah kayu, Perusahaan Properti Jepang Gandeng Dua Kampus Ternama di Indonesia
Laporan MarketBeat Cushman & Wakefield Indonesia juga menemukan data bahwa pasar perumahan di Jabodetabek cukup bergairah selama semester I-2024. Hal ini ditandai oleh permintaan pasar yang tetap stabil dengan tingkat penjualan keseluruhan mencapai 94,5 persen.
“Tingkat penjualan keseluruhan masih mencapai 94,5 persen dengan segmen menengah yaitu rumah seharga Rp 1 miliar-Rp 1,7 miliar jadi segmen yang paling diminati di 29,5 persen dari total permintaan,” ujar Arief.
Rata-rata nilai transaksi per unit naik menjadi sekitar Rp2,45 miliar, meningkat 18,4 persen dibandingkan paruh pertama tahun 2023. Hal ini menjelaskan ada peningkatan permintaan akan produk-produk segmen yang lebih tinggi.
Pada Juni 2024, rata-rata harga tanah di wilayah Jabodetabek mencapai sekitar Rp 12.540.852 per m2, menunjukkan peningkatan dari tahun ke tahun sebesar 0,9 persen.
Mario Susanto, VP Marketing Paramount Land yang perusahaannya tengah mengembangkan Paramount Petals, mengatakan, proyek perumahannya tahun depan akan terhubung langsung (direct access toll) dengan exit tol Bitung Km 25,5 di ruas tol Jakarta-Merak.
“Kami meyakini setelah akses langsung ke tol itu beroperasi, harga rumah di sini akan naik signifikan,” kata Mario Susanto.
Berdasarkan pengamatan Mario, di Bitung-Pasar Kamis permintaan rumah yang kencang adalah di bawah Rp2 miliar per unit.