Laporan Wartawan Tribun Batam, Candra P. Pusponegoro dari Mekkah Arab Saudi
TRIBUNNEWS.COM, MEKKAH - Salat berjamaah di masjid Tanah Air selama 55,5 tahun dianggap bisa menyamai seorang yang sekali salat dua rakaat berjamaah di Masjidil Haram.
Ungkapan ini sering disampaikan oleh para pembimbing (muthawwif) untuk memberikan motivasi kepada para jemaah yang sedang melakukan ibadah umrah atau haji di tanah suci Mekkah dan Madinah Arab Saudi.
Terlebih jika mereka bersedia melakukan ibadah pada bulan Ramadan. Diyakini pahalanya akan dilipatkan menjadi beratus-ratus ribu kali lipat. Perhitungannya sederhana, berdasarkan hadis Nabi Muhammad, diterangkan apabila salat di Masjidil Haram Mekkah pahalanya dilipatkan 100.000 kali, di Masjid Nabawi Madinah 1.000 kali, dan di Masjidil Aqsha Palestina 500 kali.
Apabila seorang muslim melakukan sekali salat Subuh berjemaah maka pahalanya 27° dikalikan 100.000 sehingga jumlahnya 2.700.000°. Sedangkan jika mereka salat di luar Masjidil Haram, yakni Masjid Nabawi maka akan memperoleh 270.000°, dan salat di Masjidil Aqsha 135.000°.
Dalam riwayat hadis Muslim disebutkan salat di Masjid Nabawi itu lebih baik daripada 1.000 salat di tempat lain kecuali di Masjid Al Haram.
Jika mereka salat di luar 3 masjid itu secara berjemaah maka pahalanya hanya 27°. Dalam sehari, umat muslim diwajibkan salat berjemaah sebanyak 5 waktu (Subuh, Zuhur, Ashar, Magrib, dan Isya). Jika salat di masjid biasa dalam sehari akan mendapatkan pahala 135°, sebulan 4.050°, dan setahun 48.600°. Apabila 2.700.000° dibagi 48.600° maka hasilnya 55,5 tahun.
Artinya, seseorang akan bisa menyamai orang muslim yang sekali melakukan salat Subuh 2 rakaat di Masjidil Haram maka dirinya harus salat berjamaah 5 waktu selama 55,5 tahun.
Ungkapan ini selalu disampaikan oleh ustaz Muhammad Nuruddin Alawy, salah seorang muthawwif di Arab Saudi yang senantiasa mentausiahi para jemaah dari Tanah Air, khususnya jemaah dari Nettour Batam Kepulauan Riau.
Lebih lanjut dia menegaskan, bukan hanya salat berjemaah saja yang akan diberikan ganjaran sebesar ini. Melainkan mereka yang berpuasa di tanah suci maka pahalanya seperti berpuasa selama 100.000 hari. Sehingga apabila mereka mendapatkan 10 hari puasa Ramadan di tanah suci secara otomatis pahalanya sebagaimana orang-orang yang melakukan puasa sepanjang 1.000.000 hari.
"Allah mengistimewakan Masjidil Haram dan Masjid Nabawi dengan beberapa keistimewaan yang tidak diberikan di masjid selainnya. Maka setiap orang yang mengerjakan kebaikan akan diberikan balasannya 100.000 kali lipat. Dan siapa yang melakukan dosa (kemaksiatan) maka dosanya jauh lebih besar dibandingkan dosa yang dikerjakan di tempat lainnya," ulas Muhammad Nuruddin.
Dengan demikian, siapapun yang berada di Tanah Suci, baik dia umrah atau haji pasti tidak akan berani melakukan kemaksiatan karena risikonya sangat jelas. Jangankan dilakukan secara lahir, kata Nuruddin, seseorang yang akan berniat jelek di lokasi tanah suci maka Allah langsung membalasnya. Contoh yang sering terjadi adalah seseorang yang merasa dirinya hebat maka balasan akan menimpanya bertubi-tubi.
Berdasarkan pengalamannya mengurusi jemaah umrah atau haji, banyak dari mereka yang tersesat pulang ke pemondokan atau hotelnya. Hal ini dikarenakan orang tersebut merasa lebih pintar dan hafal, yakni mengaku paham dengan jalanan menuju ke hotelnya.
Kenyataannya, setelah orang tersebut mengatakan itu, Allah langsung menyesatkan orang tersebut berjam-jam dan tidak berjumpa dengan hotelnya.