Ubay bin Ka’ab salah satu sahabat Rasulullah SAW menjadi imam shalat pertama pada taraweh berjamaah di era Umar bin Khattab itu.
Biasanya, Rasulullah SAW menutup shalat tarawehnya dengan shalat witir. Ketika Rasulullah SAW ditanya, “Doa (di waktu apa) yang paling didengar (Allah)?”. Beliau SAW menjawab, “pada penghujung malam”.
Aisyah menceritakan:
مِنْ كُلِ اللَيْلِ قَدْ أوْتَرَ رَسُولُ اللهِ صَلىَ اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَم فَانْتَهَى وِتْرُهُ إلىَ السَحْر
“Pada setiap malam, Rasulullah SAW menunaikan shalat witir, dan shalatnya berakhir sampai waktu sahur (remang-remang)”.
Shalat malam mengajarkan kita untuk khusyu' dan tawadhu. Di era gadget dan media sosial, saat setiap kita mudah sekali up-date status, shalat malam seharusnya mampu mengajarkan kita untuk tidak show-up, pamer kepada banyak orang.
Imam Ibnul Qayyim mengingatkan,
قَدْ قَالَ أحَدُ الصَالِحِين : لآنْ اَبيت نَائِمََا وَاصْبَحَ نَادِيمََا خَيرٌ مِن أبيتَ قَائِمََا وَاصبَحَ مُعْجِبََا
dan sungguh telah berkata salah seorang yang shaleh, “bahwa engkau tertidur di malam hari (sehingga tidak tahajjud) dan menyesal di pagi hari adalah lebih baik dari pada kau tahajjud di malam hari, dan berbangga (dengan tahajjud itu) di pagi hari”
Shalat yang khusyu akan mengantarkan pertolongan dan kasih sayang Allah.
Dikisahkan suatu malam, seorang pencuri masuk ke rumah Malik bin Dinar.
Pencuri itu mencari-cari emas dan perak yang dimiliki sang Imam.
Namun, dia tak mendapati apa-apa, kecuali sang imam yang tengah qiyamul lail.
Selepas mengucap salam, Imam Malik memergoki pencuri yang tengah mengintip itu.