Dan yang terpenting dari semua ini, setiap kali menolak makan dan minum pada siang hari maka ingatan kita selalu pada perintah Allah SWT. Dengan begitu, puasa mengajarkan kepada kita untuk tidak menjadi budak kebiasaan-kebiasaan kita.[4]
Demikian ini sangat kontekstual dengan keterangan Al-Ghazali dalam Ihya[5] tentang puasa khusus. Menurutnya, puasa khusus merupakan puasanya orang-orang saleh.
Puasa mengendalikan anggota tubuh dari perbuatan dosa, dan kesempurnaannya antara lain dengan enam hal: pertama, menjaga pandangan; kedua, menjaga lisan; ketiga, mengendalikan pendengaran; keempat, mengendalikan sebagian tubuh lainnya dari perbuatan dosa dan hal-hal yang dibenci, seperti tangan, kaki, perut dari syubhat dan lain-lain.
Kelima, tidak berlebihan dalam mengkonsumsi makanan halal ketika berbuka; keenam, setelah berbuka selayaknya hati senantiasa terpaut antara kecemasan (khauf) dan harapan (raja), karena kekhawatiran sekiranya puasanya tidak diterima Allah SWT.
Artikel ini telah tayang di ganaislamika.com dengan judul: https://ganaislamika.com/puasa-kaum-sufi-4-al-ghazali-dan-aspek-psikologis-puasa/