TRIBUNNEWS.COM - Allah justru menurunkan sesuatu yang istimewa di suatu malam yang lebih baik dari seribu bulan.
Malam itu, suasana sunyi, tenang, lengang. Angin merespons dengan semilirnya.
Sejumlah malaikat turun ke langit dunia pada malam itu untuk menuntaskan berbagai perkara manusia.
Ada pula yang bertugas membawakan sejumput keberkahan dari Tuhannya.
Mereka turun berbaris memadati langit dunia sembari merapalkan tasbih, tahmid, dan tahlil.
Malam itu tak seperti biasanya. Malam luar biasa yang tak seorang pun tahu tepatnya.
Hanya saja dianjurkan bagi siapa yang berharap kebaikan dan kemuliaannya untuk menghadang malam dengan penghambaan dan pujian seriuh-riuhnya.
Tulisan Khairul Imam, Staf Pengajar di Institut Ilmu Al-Quran (IIQ) An Nur Yogyakarta diĀ Gana Islamika ini membahas bagaimana saat membincangkan Lailatur Qadr, Syekh Abdul Qadir Al-Jilani berangkat dari pembacaannya terhadap Alquran.
Singgungan tentang keutamaan malam itu sudah dimulai ketika membuka tafsiran bismillahirrahmanirrahim: Dengan nama Allah yang telah menentukan berbagai takdir makhluk di dalam hadirat ilmu-Nya dan lembaran ketetapan-Nya dengan diturunkannya Alquran kepada hamba-Nya.
Juga sebagai pemberi peringatan bagi mereka ke jalan makrifat dan keimanan, sekaligus membangunkan mereka dari tidur panjang kelenaan dan kelalaian.
Pintu masuk di atas setidaknya menunjukkan kita secercah pemahaman tentang keajaiban lailatul qadr.
Bahwa pada malam itu diturunkan Alquran dari tempat yang agung.
Kalimat inna anzalnahu fi lailatil qadr menyiratkan turunnya Alquran dengan cara penuh kelembutan kepada seluruh hamba Allah SWT.
Diturunkannya kitab ini pun sebagai pemberi penjelasan perihal jalan keselamatan dari api kebodohan.