Sebab, orang-orang dungu tak akan menyambut malam agung itu, kecuali mereka yang memahami hakikat alam gaib.
Maka dikatakan, wahai Muhammad, sekiranya Allah tidak memberitahumu perihal keagungan malam itu, niscaya tak ada yang mengetahui rahasia-rahasianya, hingga Allah memberitahukannya.
Malam yang penuh keagungan dan hikmah.
Malam yang berlimpah keberkahan, di mana amal saleh pada malam itu lebih baik dari seribu bulan.
Bahkan para sahabat tidak pernah merasakan puncak kegembiraan sebagaimana ketika disebutkan firman-Nya, “malam itu lebih baik dari seribu bulan.”
Para malaikat turun sejak terbenamnya matahari sampai terbitnya.
Turunnya para malaikat ini disertai oleh punggawa mereka, yakni Jibril, sebagai jelmaan dari ar-Ruh al-Amin.
Ruh yang menjelma rupa manusia dan makhluk teragung. Dialah malaikat paling mulia.
Ada yang mengatakan, turunnya Jibril dengan rupa manusia, namun dengan jasad malaikat.
Pada malam itu, mereka turun dengan berbaris-baris dan dipimpin oleh Jibril as. (Lihat QS an-Naba [78]:
atas izin Tuhan untuk menyelesaikan berbagai perkara kebaikan dan keberkahan. Mereka turun ke langit dunia hingga fajar menjelang dengan penuh kesejahteraan dan kedamaian, tanpa keburukan dan sihir.
Kalimat mathla dengan lam fathah mengindikasikan tempat terbitnya; jika dengan kasrah menandakan terbitnya.
Dan para malaikat menghaturkan salam kedamaian kepada orang-orang mukmin hingga terbitnya fajar. Demikian penjelasan Sang Syekh.
Keutamaan malam itu pun mengundang ketakjuban malaikat Jibril, Sang Pembawa Wahyu.
Baca: Jelang 10 Hari Terakhir Ramadhan, Ini Cara Mendapatkan Malam Lailatul Qadar Lengkap dengan Doa