Dia mencoba menemukan artinya dalam kamus bahasa Malaysia atau Indonesia, tetapi tidak menemukannya.
Rasa penasarannya ini ternyata malah membawanya untuk mencari tahu lebih jauh tentang Islam.
Di dalam kelas tentang Islam Arisa mulai mempelajari dasar-dasar tentang agama Islam seperti Alquran dan Hadis.
Sejarah Nabi, cara-cara melaksanakan ibadah haji, situasi dunia Islam di era modern, dan sebagainya.
Setelahnya dia juga belajar tentang pelaksanaan syariat pada masa kini.
Meski demikian, Arisa masih menganggap bahwa Islam bukan bagian dari dirinya, dan dia merasa bahwa secara personal dia tidak memiliki keterikatan apapun.
Hingga suatu waktu Arisa merenung, ketika dia melihat kehidupan beragama orang Jepang, dia menilai bahwa mereka beragama hanya sebatas ritual saja.
Menurutnya, kebanyakan orang Jepang ketika ditanya apakah mereka percaya agama, mereka akan menjawab “tidak”.
Namun Arisa berpikir lebih jauh, dia mulai bertanya kepada dirinya sendiri, “Apakah saya percaya Tuhan atau tidak?”
Setelah melalui perenungan, karena banyak sekali keajaiban yang tidak bisa dilakukan manusia di dunia, dia menyimpulkan bahwa Tuhan itu ada.
Pada lain waktu, teman Malaysia Arisa mengajaknya untuk mengunjungi masjid di Jepang.
Untuk pertama kali dalam hidupnya Arisa memasuki masjid. Karena masjid di sana memiliki peraturan bahwa seorang wanita harus mengenakan hijab ketika masuk ke dalam masjid, maka Arisa mengenakan hijab dengan bantuan temannya.
Meskipun Arisa belajar tentang Islam di universitas, namun dia tidak tahu secara detail tentang praktiknya. Dia ingin mencoba salat, tetapi tidak tahu bagaimana caranya.
“Saya tahu mereka salat kepada Allah, tetapi saya tidak tahu mengapa mereka ingin salat,” kata Arisa.