Sebab kaum muslimin telah menang dan lulus melewati ujian “jihad akbar”, perang melawan hawa nafsu di bulan “Balai Latihan” Ramadhan dan pada saat yang bersamaan melalui hari-hari dengan
sabar menangkal pandemi.
Kita, kaum muslimin disunnatkan (dianjurkan) di manapun berada untuk mengagungkan nama Allah, memperbanyak takbir, tahmid, tahlil dan tasbih, sebagaimana yang dikehendaki oleh Allah SWT dalam firman-Nya:
Allah akbar 3X Walillahi al hamdu
Jama’ah shalat Idul Fitri yang berbahagia
Guna mengimplementasikan keberhasilan ibadah puasa maka pada hari ini kita kembali kepada fitrih.
Fitrah adalah asal kejadian, keadaan suci. Fitrah adalah sesuatu yang universal.
Karena seperti yg dikatakan oleh Rasulullah saw. bahwa umat manusia dilahirkan dalam keadaan fitrah, (kullu mauludin yuladu ‘ala al fitrah). Ini artinya bahwa fitrah adalah sesuatu yang inheren dengan jati diri manusia.
Jati diri manusia adalah keberadaan umat manusia sebagai hamba Allah, ciptaan Tuhan Yang Maha Esa yang sekaligus sebagai khalifah Allah SWT di muka bumi.
Al Qur’an menghadirkan kisah penciptaan manusia yang terdiri dari dua unsur yang tarik menarik; yaitu diciptakan dari tanah liat sebagai simbol kerendahan, stagnasi dan pasifitas mutlak.
Kamudian ditiupkan ruh Allah SWT sebagai simbol dari gerakan tanpa henti yang mengajak manusia ke puncak spiritual tertinggi dan tiada batas. Setelah manusia diciptakan, Allah SWT mengajarkan nama-nama.
Kenyataan ini menunjukkan bahwa manusia diberi bekal tentang “kebaikan bawaan” yang terpancar lewat hati nurani.
Hati nurani adalah tanda-tanda dari dimensi ketuhanan yang bisa mengantarkan manusia untuk berproses (becaming) menuju Tuhan.
Kebaikan ini dikenal dengan sebutan fitrah. ‘Idul Fitri artinya kembali keasal kejadian yang suci. Bagaikan terlahir kembali karena sudah bebas dari jeratan belenggu.
Dalam pandangan Al-Qurthubi menafsirkan kata fitrah bermakna kesucian, yaitu kesucian jiwa dan rohani.