News

Bisnis

Super Skor

Sport

Seleb

Lifestyle

Travel

Lifestyle

Tribunners

Video

Tribunners

Kilas Kementerian

Images

Ramadhan 2021

Nyadran: Tradisi Ziarah Makam Jelang Ramadhan, Tips Tetap Aman Saat Covid-19

Penulis: Galuh Widya Wardani
Editor: Daryono
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Keluarga berziarah di area pemakaman jenazah Covid-19 di Taman Pemakaman Umum (TPU) Pondok Ranggon, Jakarta Timur, Senin (4/1/2021). Lahan pemakaman untuk jenazah Covid-19 di TPU Pondok Ranggon sudah penuh sejak bulan November 2020 lalu. Merespon hal tersebut, Penanggung Jawab Pelaksana Pemakaman Covid-19 di TPU Pondok Ranggon, Muhaimin tengah berupaya mencari area baru yang memungkinkan untuk lahan pemakaman. Selain itu pihaknya juga menerapkan sistem tumpang untuk jenazah Covid-19 muslim di Pondok Ranggon. Tribunnews/Jeprima

TRIBUNNEWS.COM - Nyadran merupakan tradisi tahunan ziarah ke makam yang secara turun-temurun telah dilakukan oleh masyarakat Jawa menjelang bulan Ramadhan.

Nyadran biasanya dilakukan saat bulan Syaban dalam kalender Hijriah.

Dalam penanggalan Jawa, nyadran biasanya dilakukan sebulan sebelum bulan puasa pada tanggal 10, 15, 20, dan 23 Ruwah.

Dikutip dari Tribunnews.com pada Jumat (26/3/2021), istilah Ruwahan merupakan tradisi kebudayaan Jawa untuk mendoakan orang yang telah meninggal dunia, seperti orang tua, kakek, nenek, tokoh pendiri kampung, wali, dan lainnya.

Dalam budaya Jawa, mendoakan orang tua, kakek, nenek, dan para leluhur merupakan bentuk penghormatan.

Saat berkunjung ke makam, orang-orang membersihkan dan menaburkan bunga ke makam keluarga.

Baca juga: Mengenal Nyadran, Tradisi Unik Masyarakat Jawa Menyambut Bulan Ramadan

Baca juga: Pamit Hendak Ziarah ke Makam Kakek, Seorang Remaja Ditemukan Tewas di Parit, Diduga Dibegal

Pendapat lain dari sejarawan, Heri Priyatmoko, menerangkan nyadran merupakan momen merangkai sejarah keluarga dan juga lingkungan.

Dari mana seseorang berasal, baik tempat kelahiran seseorang maupun runutan garis keturunannya.

"Ya nyadran adalah momentum untuk merangkai sejarah keluarga dan kampung halaman yang biasanya diingat kembali pada saat nyadran (mudik)."

"Dengan nyadran ini, orang kembali membasuh ingatan sejarah lokal (kampungnya), dimana ia lahir dan dibesarkan," kata Heri saat dikonfirmasi Tribunnews.com pada Kamis (25/3/2021).

Heri juga menambahkan, nyadran atau berziarah ke makam membuat seseorang paham akan lingkungnnya.

Tradisi makam mempertemukan garis keturunan antara satu keluarga dengan keluarga lain (tetangga).

Mereka bertemu untuk saling mengulang sejarah di mana mereka pernah memiliki pengalaman bersama sebelumnya.

"Dalam kompleks kuburan, makam satu dengan makam lainnya mungkin tidak punya pertalian saudara, tapi mengingatkan kembali sejarah lokal-wilayah desa tersebut."

Halaman
12
Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda

Berita Populer

Berita Terkini