News

Bisnis

Super Skor

Sport

Seleb

Lifestyle

Travel

Lifestyle

Tribunners

Video

Tribunners

Kilas Kementerian

Images

Ramadan 2021

Ustaz, Bagaimana Orang Sakit yang Tak Bisa Berpuasa, Bisakah Dapat Pahala Bulan Suci Ramadan? 

Editor: Anita K Wardhani
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Ustaz M. Farid Firdaus S.Pd.I, Anggota Komisi Fatwa MUI Kabupaten Bogor sekaligus Pengasuh Ponpes Darul Ma'arif Kemang Bogor.

Kedua, puasa khusus, yaitu puasa menjaga 7 anggota badan. Ada penjelasan sebuah hadist, bagi siapa yang berpuasa kemudian ghibah, berbohong, menjelekkan orang lain atau menghina orang lain, maka batal puasanya. Batal di sini bukan batal puasanya secara fikih, melainkan batal pahala puasanya.

Kalau kita mau meningkat ke puasa yang nomor 2, yaitu puasa khusus, kita harus bisa menjaga 7 anggota badan kita ini, di antaranya mulut, mata, tangan, kaki dan telinga. Itu harus dijaga dari perbuatan-perbuatan dosa. Artinya ketika puasa bohong, hukumnya puasanya sah tapi pahalanya tidak ada di sini. Artinya dia hanya menggugurkan kewajibannya sebagai Muslim.

Terakhir, yaitu puasa khusus bil khusus. Ini puasanya para nabi. Kalau dipraktikkan memang agak sulit. Karena kalau hati dan pikirannya sudah memikirkan selain Allah itu sudah batal. Ukuran kita belum bisa seperti itu. Ukuran kita, mungkin puasanya orang awam yaitu bisa menjaga makan dan minum.

Tapi kita perlu meningkatkan sedikit demi sedikit. Setelah bulan puasa ada perubahan dalam diri yang bisa dirasakan. Seperti gampang beribadah dan gampag bermasyarakat. Nah ini ciri puasa diterima dan harus dipertahankan. Kalau tidak dipertahankan akan balik lagi seperti awal.

Bagaimana ketika puasa, jari-jarinya mengomentari orang lain di media sosial apakah pahala puasanya batal? Bisa jadi. Bisa dikatakan, ketika kita menggunakan media sosial untuk sesuatu yang provokatif, menghina orang, maka kita akan kehilangan pahala puasa. Tapi lebih parah tidak berpuasa.

Harapan kita, bulan puasa Ramadan ini banyak dimanfaatkan untuk ibadah. Memang ada hadist berbunyi, "nawmul soimi ibadatun," artinya tidurnya orang puasa adalah ibadah.

Harus diingat maknya tidurnya orang puasa di sini jangan dimakan mentah-mentah. Maksudnya, tidurnya orang puasa saja ibadah, bagaimana jika orang puasa itu banyak ibadahnya. Begitu seharusnya memahami hadits ini.

Tapi, kalau dia melek terus melakukan maksiat lebih baik tidur. Karena dengan begitu dia telah berhenti melakukan perbuatan-perbuatan yang tidak baik atau maksiat. Ini yang disebut dengan "naumul alim ibadatun."

Simak Konsultasi Ramadan

Artikel ini telah tayang di Tribunjakarta.com dengan judul Menjemput Keistimewaan Ramadan, Apakah Orang Sakit Tak Berpuasa Juga Dapat?, https://jakarta.tribunnews.com/2021/04/16/menjemput-keistimewaan-ramadan-apakah-orang-sakit-tak-berpuasa-juga-dapat?page=all

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda

Berita Populer

Berita Terkini