News

Bisnis

Super Skor

Sport

Seleb

Lifestyle

Travel

Lifestyle

Tribunners

Video

Tribunners

Kilas Kementerian

Images

Ramadan 2024

Beda Awal Puasa, Kemenag Imbau Umat Islam Kedepankan Dialog dan Saling Menghormati

Penulis: Reynas Abdila
Editor: Acos Abdul Qodir
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Petugas memantau hilal di area pemantauan hilal Kantor Wilayah Kementerian Agama DKI Jakarta, Jakarta Timur, Kamis (20/4/2023). Menurut Kepala Kantor Wilayah Kemenag DKI Jakarta, Cecep Choirul Anwar mengatakan, selain ketinggian hilal yang belum sesuai kriteria faktor cuaca yang mendung juga jadi sebab tak terlihatnya hilal. Tribunnews/Jeprima

Laporan Wartawan Tribunnews.com, Reynas Abdila

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Awal Ramadan 2024 M/1445 H umat muslim di Indonesia diprakirakan tidak bersamaan. 

Kementerian Agama mengimbau masyarakat Umat Islam untuk mengedepankan dialog serta sikap saling menghormati terhadap perbedaan awal puasa Ramadan 1445 H/2024 M.

Pesan ini disampaikan Juru Bicara Kementerian Agama Anna Hasbie di Jakarta, Jumat (8/3/2024).

Menurutnya, seluruh pihak harus bisa memahami dan saling berbagi informasi terkait argumentasi masing-masing dalam mengawali ibadah puasa.

Baca juga: Kemenag: Ini Alasan Pentingnya Sidang Isbat Awal Ramadan, Syawal, dan Zulhijjah Digelar

Anna menyebut mayoritas umat Islam akan mengawali puasa Ramadan 1445 H pada 11 dan atau 12 Maret. 

Majelis Tarjih Pengurus Pusat Muhammadiyah sudah mengumumkan awal puasa Ramadan pada 11 Maret 2024. Sementara, pemerintah baru akan menggelar sidang isbat awal Ramadan 1445 H pada 10 Maret 2024. 

Sidang akan memutuskan apakah puasa Ramadan tahun ini akan dimulai pada 11 atau 12 Maret. 

Meski demikian, ada kelompok jemaah yang sudah mulai puasa pada 7 Maret. 

Ada juga yang akan mulai berpuasa pada 10 Maret. 

“Kita hormati pilihan dan keyakinan umat Islam dalam mengawali puasa Ramadan 1445 H/2024 M. Sikap saling menghormati perlu dikedepankan dalam menyikapi perbedaan,” sebut Anna.

Dalam semangat saling menghormati itu, kata Anna, ruang dialog tetap harus dibuka. 

Sebab, ilmu pengetahuan sudah semakin maju dan berkembang, termasuk terkait astronomi. 

Penentuan awal bulan Hijriyah bisa didekati secara empiris melalui hisab dan atau rukyatul hilal, tidak semata berdasar keyakinan spiritual semata sehingga argumentasinya juga ilmiah. 

“Kemenag terus membuka ruang dialog dan diskusi terkait penentuan awal Ramadan. Dari situ diharapkan akan terjadi proses tukar informasi dan pemahaman terkait pilihan dalam mengawali puasa Ramadan,” sambungnya.

Baca juga: Jelang Ramadan, Utusan Presiden Jokowi Cek Stok Beras dan Padi di Karawang

Muhammadiyah, misalnya, menetapkan Ramadan pada 11 Maret karena argumentasi hisab wujudul hilal.

Pemerintah menggunakan pendekatan Hisab sebagai informasi awal dan Rukyatul Hilal sebagai konfirmasi. 

“Bagaimana argumentasi awal Ramadan 1445 H pada 7 Maret atau 10 Maret? Kita bisa diskusikan agar bisa saling memberikan pemahaman,”  sebut Anna.

Hal yang tidak kalah penting yakni bagaimana umat Islam mengisi syiar Ramadan dengan tetap menjaga kekhusyukan dan kekhidmatan. 

Baca juga: Hormati Hari Raya Nyepi, Tol Bali Mandara Ditutup 32 Jam Mulai 10 Maret 2024 Pukul 23.00 WITA

Ikhtiar yang bisa dilakukan adalah dengan memedomani Surat Edaran Menteri Agama Nomor 05 Tahun 2022 tentang Pedoman Penggunaan Pengeras Suara di Masjid dan Musala. 

Misalnya, volume pengeras suara diatur sesuai dengan kebutuhan, dan paling besar 100 dB (seratus decibel). 

“Edaran juga mengatur bahwa penggunaan pengeras suara di bulan Ramadan, baik dalam pelaksanaan Salat Tarawih, ceramah/kajian Ramadan, dan tadarrus Al-Qur’an menggunakan Pengeras Suara Dalam,” ujarnya. 

“Sementara, untuk takbir Idulfitri di masjid/musala dapat dilakukan dengan menggunakan Pengeras Suara Luar sampai dengan pukul 22.00 waktu setempat dan dapat dilanjutkan dengan Pengeras Suara Dalam,” imbuh Anna.

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda

Berita Populer

Berita Terkini