TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Pemantauan hilal 1 Ramadhan 1445 Hirjiah dilakukan di sejumlah daerah, Minggu (10/3/2024) sore.
Sejumlah daerah yang melakukan pemantauan diguyur hujan yang menyebabkan hilal belum terlihat.
Kementerian Agama RI (Kemenag) menyimpulkan hilal penetapan 1 Ramadan 1445 Hijriah/2024 Masehi pada belum terlihat di langit Indonesia pada Minggu (1/3/2024) petang.
Kesimpulan itu disampaikan oleh Anggota Tim Hisab Rukyat Kemenag Cecep Nurwendaya saat pemaparan posisi hilal jelang sidang Isbat di Auditorium H.M Rasjidi Kementerian Agama, Jalan MH Thamrin, Jakarta Pusat.
Kata Cecep, kesimpulan itu diambil berdasarkan kriteria Menteri Agama Brunei Darussalam, Indonesia, Malaysia dan Singapura (MABIMS).
31 titik di Jawa Timur belum lihat hilal
Fathurrozi, Sekretaris Lembaga Falakiyah NU Jatim mengatakan, hilal belum terlihat secara astronomik di lokasi pemantauan, meskipun cuaca di Jatim cerah.
PW LFNU Jatim memantau hilal dengan metode imkanur rukyah untuk menentukan awal bulan Ramadan.
Tim Rukyatul Hilal Kemenag Lumajang kesulitan melihat hilal, lantaran cuaca sedang diselimuti mendung pekat, Minggu (10/3/2024).
Hilal harus memiliki minimal 3 derajat ketinggian dan 6,4 derajat elongasi untuk dianggap terlihat.
“Tinggi hilal masih 0 derajat 19 menit di Jatim atau Surabaya. Sedangkan elongasi atau jarak sudut matahari dan bulan masih 2 derajat 25 menit. Tidak terlihat.”
Fathurrozi menyatakan bahwa metode istikmal, atau penggenapan bulan Sya'ban menjadi tiga puluh 30 hari, akan digunakan untuk menentukan awal Ramadan jika hilal belum juga terlihat.
"Jadi jika hari ini adalah tanggal 29 Sya'ban dan Senin (11/3/2024), maka besok adalah tanggal 30 Sya'ban, maka 1 Ramadan akan jatuh pada Selasa, 12 Maret 2024," katanya.
Baca juga: Diguyur Hujan Deras Sejak Pagi, Posisi Hilal di Makassar Belum Terlihat
Hingga menjelang Maghrib, cuaca di area pengamatan Padang Savana Air Weapon Range (AWR) Pandanwangi, Kecamatan Tempeh, Kabupaten Lumajang, tak kunjung cerah.
Sementara itu, Koordinator Tim Rukyatul Hilal Kemenag Lumajang, Hidayatullah menjelaskan, hilal nyaris mustahil terlihat, mengacu pada cuaca seperti saat ini.
"Hilal harus terlihat pada ketinggian 3 derajat. Saat ini, kami memantau di AWR sedang mendung, bahkan ini sekarang gerimis. Sehingga kemungkinan besar hilal di Kabupaten Lumajang tidak terlihat," ujar Hidayatullah, ketika dikonfirmasi.
Kendati mendung masih menyelimuti, Tim Rukyatul Hilal Kemenag Lumajang melanjutkan pengamatan hingga matahari terbenam.
"Kami tunggu hingga 2 menit sebelum matahari terbenam, namanya juga berikhtiar," ungkap Hidayatullah.
Selain mendung gelap, cuaca di lokasi juga disertai angin kencang.
Hal tersebut turut menyulitkan Tim Rukyatul Hilal Kemenag Lumajang menentukan titik koordinat.
Tim menggunakan dua alat. Yakni penentu titik koordinat dan teleskop.
"Kami akan melaporkan situasi di Lumajang yang dipastikan hilal tidak terlihat. Kami menunggu apapun keputusan yang disampaikan oleh sidang isbat," tutupnya.
Cuaca mendung halangi pemantauan di Makassar
Pemantauan hilal datangnya bulan Ramadan di Makassar terkendala cuaca.
Awan tebal menyelimuti langit Makassar seharian pada Minggu (10/3/2024).
Sejak pagi curah hujan terpantau cukup deras mengguyur.
Sementara angin berhembus kencang mewarnai proses rukyatul hilal.
Kepala Bidang Observasi BMKG Wil IV Makassar Jamroni mengaku cukup sulit melihat hilal dengan kondisi ini.
Apalagi tinggi bulan diprediksi rendah sekitar 0,21 derajat.
"Pada hari ini cuacanya kurang baik. Agak mendung. Jadi kemungkinan memang dengan tinggi hilal yang cukup rendah," jelas Jamroni.
"Sulit sekali. Kemungkinan besar adalah tidak terlihat. Apalagi dengan tinggi bulan yang sangat rendah, yaitu 0,21 derajat," sambungnya.
Waktu proses pengamatan pun dinilai akan sangat sempit.
Diprediksi hanya sekitar 2 menit bisa memantau hilal.
Selain karena cuaca, perhitungan tinggi hilal juga akan rendah.
"Selain cuaca, ya itu, tingginya hilal saat rendah. Jadi kalau kita ikuti kriteria yang ditetapkan pemerintah yaitu kriteria visibilitas terlihatnya hilal melalui Mabim, adalah 3 derajat. Dan sudut elevasi sekitar 6,4 derajat," lanjutnya.
Rukyatul hilal di GTC Makassar berlangsung diketinggian 25 meter diatas permukaan laut.
Jamroni mengaku pengamatan hilal puncaknya ada disekitar pukul 18.20 wita. (*)