Laporan wartawan Tribunnews.com, Shanty Hapsari
TRIBUNNEWS.COM, YOGYA - Pengungsi sporadis bertambah. Sekitar 10 Kepala Keluaga korban Merapi dari tiga desa, Kesongo, Duwet dan Mbubur, Kecamatan Cangkringan memilih mengungsi ke Bangsal Pagongan, kompleks Masjid Gedhe, Kraton Yogyakarta.
Mereka pindah dari lokasi pengungsian Stadion Maguwoharjo karena kondisi kurang nyaman. "Di Maguwoharjo sumpek, padahal ada balita juga, kami langsung ke sini, kebetulan ada yang bawa mobil pick up,"kata Rohniah (41), Senin (8/11/2010).
Dia mengungsi ke Kraton bersama suami dan seorang anaknya yang masih kecil, sementara satu anaknya yang sudah dewasa bertahan di Stadion Maguwoharjo. Di Maguwoharjo, selain sumpek, fasilitas MCK (Mandi Cuci Kakus) kurang memadai, karena stadion menampung ratusan ribu pengungsi, sementara MCK hanya terbatas.
Sekitar 30-an warga, termasuk dua balita dan dua lansia mengungsi di bangsal yang biasa dipakai untuk tempat gamelan saat perayaan Sekaten itu.
Karena tak ada koordinasi dan mengungsi sporadis, praktis mereka hanya mengandalkan bantuan logistik dan keperluan lain dari warga sekitar. Tak ada stok makanan, apalagi obat-obatan.
"Hanya nunggu bantuan dari warga sekitar, jadi tak tentu. Atau kalau kebetulan ada relawan datang,ngikut untuk ambil logistik, biasanya ambil makanan ke posko pengungsian di UGM, tapi harus lewat relawan, nggak bisa ambil sendiri,"Susanto (20-an) yang biasa mengambilkan jatah makan untuk pengungsi di Bangsal Pagongan.
Selain di Bangsal Pagongan, pengngsian sporadis juga terlihat di Masjid Margoyono yang ada di Kecamatan Kraton. Jumlah pengungsi dari berbagai desa dan kecamatan bahkan lebih banyak lagi, mencapai 200-an orang. Di masjid ini, pengungsi mendapatkan bantuan dari warga sekitar, berupa makanan, pakaian bekas dan obat-obatan ala kadarnya, juga relawan.
10 KK Korban Merapi Mengungsi ke Kraton
Editor: Prawira
AA
Text Sizes
Medium
Large
Larger