News

Bisnis

Super Skor

Sport

Seleb

Lifestyle

Travel

Lifestyle

Tribunners

Video

Tribunners

Kilas Kementerian

Images

Merapi Meletus

Mbah Parto Tiga Kali Pindah Tempat Pengungsian

Editor: Kisdiantoro
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Seorang anak telelap di samping ibunya di pos pengungsian balai desa Tlogo, Prambanan, Minggu (7/11).

Laporan Wartawan Tribun Jogja, Iwan Khasni

TRIBUNNEWS.COM, YOGYAKARTA
- Mbah Parto (85), warga Kaliurang, Merapi, bersama puluhan warga lainya memilih meninggalkan posko pengungsian Maguwoharjo untuk mencari suaka ke wilayah pengungsian Bantul.

Tubuhnya yang renta dan bongkok harus berpindah hingga tiga kali sebelum memutuskan untuk mengungsi di Bintaran Kulon, Kecamatan Piyungan, Bantul. "Ini ketiga kalinya kami harus pindah tempat pengungsian karena merasa tidak nyaman," katanya memulai cerita, Sabtu (6/11/2010) kemarin.

Si mbah yang sudah sejak kecil tinggal di sekitar kawasan wisata Kaliurang ini mengungkapkan sejak letusan kali pertama 26 Oktober silam sudah diungsikan di daerah Pakem. Namun, karena wilayah itu kini telah menjadi sasaran awan panas, mau atau tidak harus pindah ke Maguwoharjo. Kini, bersama sekitar 60 warga Kaliurang, dia sudah mendapatkan tempat pengungsian mandiri yang dikelola oleh Badawi,salah seorang anggota DPRD Bantul.

Di sana mbah parto bersama warga lainya menempati sebuah mushola yang berada tepat di tengah dusun Bintaran Kulon.

"Letusan merapi kemarin memang paling hebat sepanjang hidup saya, dulu tidak pernah seperti itu. Tapi kemarin kami warga Desa Kaliurang harus meninggalkan rumah dan berpindah," lanjut mbah Parto yang masih terlihat sehat.

Kondisi pengungsian di Maguwo sudah terlalu sesak, lanjut Mbah Parto. Sedangkan di tepat yang sekarang setidaknya masih lumayan dibandingkan tempat yang lain. "Untung ada pak DPR yang mau menampung kami. Saya tentram di sini, alhamdulilah," ujarnya.

Dia bercerita, dahulu material Merapi yang berada di Kali Kuning tidak boleh diambil. Bahkan, warga desa tidak berani untuk mengali pasir yang berada di aliran sungai, "Saya pernah melihat kereta kuda melintas di atas Kali Kuning, penunggangnya berkata, jalan saya ini jangan di lubangi," katanya memutar ingatan puluhan tahun lalu.

Sedangkan Badawi, sebagai penerima suaka pengungsian warga kaliurang ini mengatakan, awalnya ada yang meminta untuk singgah di rumah. Dia saudara mbah Parto yang dulu pernah membantu membangun rumah pasca gempa. "Lambat laun warga lain datang, sebagai warga Yogya kami hanya ingin saling membantu," ujarnya.

Sementara itu, kepala dusun setempat Iriawan mengatakan, warga desa sama sekali tidak terbebani dengan kedatangan pengungsi Merapi. Warga siap menampung hingga Merapi dinyatakan aman dan warga diperkenankan kembali ke desanya. "Nanti malam seluruh RT akan berkumpul untuk koordinasi agar semua kebutuhan pengungsi tercukupi," ujarnya.

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda

Berita Populer

Berita Terkini