TRIBUNNEWS.COM, TOMOHON - Pergerakan vulkanik Gunung Lokon yang kini berstatus Awas, sulit ditebak. Setelah meletus cukup dahsyat sehingga memaksa warga harus dievakuasi, Selasa lalu, Gunung Lokon menunjukkan penurunan aktivitas. Kemarin, Rabu (13/7/2011) pukul 15.35 Wita, Gunung Lokon hanya menyemburkan abu vulkanik setinggi 150 meter.
Gubernur Sulut, Sinyo Harry Sarundajang, saat meninjau lokasi pengungsian di Kantor EX Rindam, Tomohon, mengimbau warga Kota Tomohon tak menganggap enteng Gunung Lokon yang kini menunjukkan penurunan aktivitas.
"Jangan puas dulu melihat aktivitas (Lokon) sudah turun, mungkin sedang kumpul kekuatan untuk letusan lebih kuat. Tapi diharapkan tidak terjadi, apalagi sampai mengeluarkan awan panas yang mematikan. Jadi jangan panik dan jangan anggap enteng Lokon," ujar Sarundajang.
Sarundajang sempat memarahi sejumlah pejabat Kota Tomohon karena bertepuk tangan saat dia menyampaikan niat memberi bantuan 15 ribu makanan siap saji, 15 ribu masker, 15 ribu selimut, 15 ribu tikar, selbet serta 500 terpal, dan obat‑obatan.
"Jangan tepuk tangan, sangat berbahaya. Setengah bantuan bisa busuk dan bahkan hilang. Lihat bantuan ini, harus ada petugas khusus menangani untuk mencatat administrasi dan mendistribusikan kepada pengungsi," tegasnya dengan raut wajah terlihat tegang kala itu.
Ia juga mengingatkan kepada para pengungsi untuk tidak balik ke rumah yang masuk dalam wilayah siaga bencana sebelum status Lokon dinyatakan dalam kondisi aman.
"Tunggu periode status normal baru balik. Tak ada yang bisa pastikan, jadi harus lihat hasil sesmograf dan rekomendasi dari instansi berkompeten (Badan Vuilkanologi)," ungkap Sarundajang.
Sarundajang mengaku bangga atas sikap yang ditunjukkan warga Kota Tomohon yang mau dievakuasi tanpa dipaksa untuk mencegah bahaya, juga ia senang sebab pengungsi tampak senang dan bergembira meski harus berdesak‑desakan dan hidup tak normal seperti di rumah.
"Para pengungsi harus ditangani dengan baik, sebab mereka juga manusia. Pemantauan tiap hari harus ada, hindari jangan sampai ada korban. Dan jangan terkonsentrasi, bisa timbul masalah lain," ujar Sarundajang.
Ia mengaku sangat familir dengan Lokon, sebab telah bergaul sekitar 30 tahun lamanya sejak bertugas sebagai Sekretaris Daerah Minahasa.
"Pada tahun 1970, Lokon pernah mengalami letusan besar, abunya hingga mencapai setenga meter. Jadi sudah sangat familiar, bahkan sudah pernah naik ke puncak Lokon, tapi dalam kondisi aman‑aman, tidak disaat ada aktifitas belerang. Bodoh itu namanya," ungkap Sarundajang.