TRIBUNNEWS.COM, SOLO- Setelah ditutup selama sepekan akibat aksi bom bunuh diri, Gereja Bethel Injil Sepenuh (GBIS) Kepunton, Solo, kembali dipergunakan untuk beribadah, Minggu (2/10). Seolah tak terjadi peristiwa apa-apa, kegiatan beribadah di gereja yang berkapasitas sekitar tiga ribuan jemaah itu berjalan seperti biasa. Sejak pagi, para jemaat mulai berdatangan untuk mengikuti kebaktian pertama yang dimulai pukul 06.00.
Kursi-kursi bagi jemaat baik di lantai I, 2, dan 3 terisi penuh. Satu di antara ribuan jemaat itu adalah Lim Swie Han. Meski menjadi korban saat aksi peledakan bom pada Minggu (25/9) lalu, pria 60 tahun ini mengaku tidak trauma datang ke gereja untuk beribadah.
Bahkan ia mengajak istri dan anaknya untuk menunaikan kewajiban beribadah itu. "Saat peledakan bom kemarin, saya juga ada di dalam gereja. Saya sama sekali tidak trauma untuk datang ke gereja lagi," katanya sebelum masuk ke dalam gereja.
Mengenakan kaus berkerah dan celana hitam, Lim mengaku sudah bertahun-tahun beribadah di gereja tersebut. Ia pun tak berniat untuk beridadat di gereja lain meski jarak antara rumahnya di Kelurahan Nusukan dan GBIS kepunton cukup jauh.
Pria yang rambutnya sudah beruban ini justru semakin merasa aman karena hari itu pengemanan masuk ke dalam gereja semakin diperketat. "Hidup dan mati itu kan yang menentukan yang di atas (Tuhan). Saya pasrah saja kalau terjadi apa-apa lagi," katanya lagi.
Saat pelaksanaan kebaktian perdana kemarin, pengaman yang dilakukan cukup ketat. Sejumlah anggota kepolisian dari Polresta Solo tampak berjaga-jaga di luar gereja. Tak hanya polisi, belasan anggota Banser PBNU dari Ranting Jebres juga ikut melakukan pengamanan.
Menurut Kapolresta Solo Kombespol Listyo Sigit Prabowo, ada satu peleton atau sekitar 30 personel yang diturunkan pengamanan jalannya kebaktian. "Ada satu pleton pasukan yang kita terjunkan baik yang berseragam maupun berpakaian preman. Pengemanan kita lakukan dari pagi hingga sore sampai batas waktu yang belum ditentukan," kata Kapolres saat meninjau GBIS Kepunton.
Tak hanya di GBIS Kepunton, pengamanan serupa juga dilakukan di 50-an gereja di seluruh Solo. Namun di Kepunton jumlah personel yang diterjunkan lebih banyak. Total ada 400 personel yang diterjunkan untuk melakukan pengaman di seluruh gereja itu. Pengamanan untuk mencegah kemungkinan terjadinya aksi teror serupa di tempat lain. "Tiap gereja kami tempatkan 5 sampai 10 personel. Saat ini, status Solo masih waspada. Jadi pengamanan masih terus kita tingkatkan agar masyarakat nyaman," kata Kapolres lagi.
Pendeta yang juga pengurus GBIS Jonathan Jap Setiawan mengatakan kebaktian berjalan lancar dan tidak terpengaruh kejadian sepekan sebelumnya. "Jemaat tidak berkurang. Bahkan sekilas malah tambah banyak," jelasnya pria berkulit putih yang mengenakan kacamata ini. Jadwal kebaktian kemarin adalah pukul 6 pagi, 9 pagi, dan 5 sore. Setiap kali kebaktian, rata-rata dihadiri oleh sekitar dua ribuaan jemaat.
Jonathan melanjutkan, saat kutbah, ia menyampaikan kepada jemaat bahwa kejadian yang menimpa Gereja Kepunton murni kriminal dan tidak ada kaitannya dengan persoalan agama. Teror itu adalah ulah segelintir orang yang tidak bertanggung jawab dan ingin memecah belah kerukunan umat beragama di Solo. Sebagai langkah pengamanan, pihaknya berencana menambah jumlah CCTV di sekitar gereja. "Saat ini sudah ada 14 CCTV yang terpasang. Kami juga akan memasang alat pendeteksi logam di pintu masuk," terangnya. (tribunjogja/dik)