Laporan Reporter Tribun Jogja, M Nur Huda
TRIBUNNEWS.COM, MAGELANG - Di tengah banyaknya pemesan mobil Esemka buatan siswa SMK Muhammadiyah 2 Borobudur Magelang, terutama dari instansi perguruan tinggi dan rumah sakit Muhammadiyah di berbagai daerah di Indonesia, Bupati Magelang Ir Singgih Sanyoto justru belum memberikan ketegasan untuk memesan karya putra daerahnya.
“Pada dasarnya kami bangga dengan prestasi siswa-siswi kami, tapi kami masih melihat kebutuhan kendaraan yang ada. Lagi pula Pemda kalau ingin memesan kan harus sesuai persetujuan Dewan dulu, pasti nanti akan kami sampaikan ke Dewan,” katanya saat ditanya terkait pemesanan mobil oleh Ketua Umum PP Muhammadiyah Din Syamsudin.
Ungkapannya tersebut mendapat sorak sorai dari ratusan pengunjung yang hadir dalam acara re-launching dan test drive mobil Esemka Sang Surya di gedung serbaguna SMK Muhammadiyah 2 Borobudur Magelang, Kamis (12/1/2012).
SMK Muhammadiyah 2 Borobudur telah membuat delapan jenis mobil antaralain jenis SUV Esemka, dobel cabin, prototype SUV Esemka 1,5i-seri LS dan SS, ambulance (dua unit), box roti, dan mini truk. Beberapa rumah sakit juga telah memesan mobil ambulance. Sedangkan beberapa perguruan tinggi Muhammadiyah juga telah memesan puluhan unit untuk kendaraan dinas rektorat.
Kepala SMK Muhammadiyah 2 Borobudur, Yitno St S Pd mengungkapkan, selain membuat mobil yang sudah dilakukan sejak 2009 lalu, di sekolah ini juga membuat komponen mesin Esemka yang dipergunakan untuk mobil-mobil Esemka di seluruh sekolah otomotif di Indonesia.
“Kalau mau, kami akan beri gratis pada Bupati Magelang kalau ingin memakainya,” tandas Yitno.
Ketua DPRD Kabupaten Magelang, Susilo Spt mengatakan, memang mekanisme anggaran harus melalui pesetujuan dewan terlebih dahulu.
“Sayangnya Pemda masih berkutat menyelesaikan pembahasan Raperda, harusnya akhir Juli 201 sudah selesai,” katanya.
Sebelumnya, Pemda Magelang justeru mengajukan anggaran sebesar Rp 5 miliar untuk mobil dinas baru. “Kemarin mengajukan mobil dinas untuk Bupati dan Wakil Bupati jenis Camry dan Altis, tapi kami coret. Karena anggarannya terbatas jadi belum disetuji, kalau anggarannya ada dan rasional sebetulnya tidak masalah,” ujarnya.
Terkait mobil Esemka karya siswa SMK tersebut, Susilo juga masih meragukan standarisasinya. “Kita mengapresiasi anak-anak bangsa terlebih mereka adalah putra daerah, tapi memang harus ada standarisasinya. Karena mobil itu keselamatannya bukan hanya pada pengendaranya tapi juga pengguna jalan,” ujarnya.
Ia juga meminta agar mesin yang terdapat dalam mobil Esemka itu mendapatkan legitimasi dari instansi terkait. “Proses legitimasi dan kelayakan itu kan prosesnya tidak semudah itu, karena prosesnya sangat panjang. Saya kira semangat itu patut diapresiasi sepajang layak jalan sesuai perundang-undangan yang ada,” kata Susilo.(*)