Laporan Wartawan Pos Kupang, Aris Ninu
TRIBUNNEWS.COM, MAUMERE - Warga Pulau Palue sudah mengungsi sejak November dan Desember 2012. Bahkan pada Januari dan Februari 2013, sudah ada letusan dan lidah api serta abu yang menutup pulau itu.
Namun, Badan Vulkanologi dan Pos Pantau Rokatenda di Ropa, Kecamatan Maurole, Kabupaten Ende menyatakan, status Gunung Rokatenda masih Siaga III.
"Statusnya masih Siaga III. Belum ada perubahan status," kata Frans Wangge, Petugas Pos Pantau Rokatenda yang dihubungi Pos Kupang (Tribunnews.com Network) via telepon dari Maumere, Minggu (3/2/2013) siang.
Frans menjelaskan, pada Sabtu (2/2/2013) pukul 23.00 WITA, ada ledakan dan lidah api di puncak gunung. Kondisi itu tidak memengaruhi status gunung pada status Siaga III.
"Ledakan disertai debu terbawa hingga ke Pulau Ende dan sebagian di Kabupaten Nagekeo. Kami di Ropa sempat diisukan ada tsunami, saya juga ketakutan," ungkapnya.
Mengenai ada permintaan menaikkan status Siaga III ke Siaga I, Frans menegaskan, Pos Pantau Rokatenda sudah berkoordinasi dengan Vulkanologi Bandung. Hasil koordinasi, status masih Siaga III.
Ia menuturkan, ledakan yang terjadi Sabtu (2/2/2013) malam memang sempat terdengar jelas di Ropa, sehingga warga panik. Namun, hasil pemantauan Pos Pantau Rokatenda, gunung tersebut masih status Siaga III.
Markus Wara, Camat Maurole, menjelaskan, warga Ropa pada Sabtu (2/2/2013) malam mendengar ledakan dan pijaran api dari Gunung Rokatenda. Setelah ledakan itu, jelas Markus, air laut surut sehingga warga panik dan berlari ke gunung takut tsunami.
"Saya sendiri sempat khawatir dan berlari ke gunung, karena air laut surut tidak seperti biasanya. Memang ada orang Palue yang datang lagi ke Ropa, tapi kami belum data karena saya masih beres-beres di rumah. Kami di Ropa juga masih khawatir, jangan-jangan ada tsunami. Warga mulai beraktivitas, barang berharga diamankan," bebernya.
Beberapa sumber di Palue menerangkan, rumah-rumah di pemukiman di kaki Gunung Rokatenda sudah tertutup debu, karena hujan disertai debu dari gunung.
Jika dilihat dekat, semua pohon sudah tertutup debu. Warga sudah banyak ke Ropa menggunakan kapal motor, untuk mencari perlindungan.
Menyikapi kondisi di Palue, Bupati Sikka Sosimus Mitang, Wabup Sikka Wera Damianus, Kapolres Sikka AKBP Budi Hermawan, Dandim Sikka Letkol (Inf) Ignatius Tri Joko, Pejabat Danal Maumere, BPBD Sikka, Dinas Sosial dan Nakertrans Sikka, Basarnas Maumere, Dinas PU Sikka, serta semua perangkat SKPD di Sikka, langsung menggelar rapat bersama di rumah jabatan Wakil Bupati Sikka Wera Damianus.
Hasilnya, semua warga di delapan desa di Pulau Palue dievakuasi ke Maumere menggunakan dua kapal perintis, kapal Basarnas, kapal TNI Angkatan Laut, dan kapal milik Dinas Kelautan dan Perikanan (DKP) Sikka.
Selesai rapat, Wabup Sikka Wera Damianus langsung ke Palue menggunakan speedboat (kapal cepat) milik Dinas DKP Sikka untuk memimpin evakuasi warga Palue. Proses evakuasi melibatkan anggota TNI, Polri, dan semua dinas teknis. (*)