Laporan Wartawan Pos Kupang, Adiana Ahmad
TRIBUNNEWS.COM, MAUMERE - Maria Fasih, warga Desa Nangapenda, Kecamatan Magepanda, Kabupaten Ende, mengaku tidak bisa melihat langit-langit rumahnya, karena ditutupi debu sejak pagi.
Atap rumahnya saat ini ditutupi debu yang turun terus-menerus sejak Sabtu (2/2/2013) malam hingga Minggu (3/2/2013) siang, dan belum ada tanda-tanda berhenti.
Status Gunung Api Rokatenda dinaikkan dari normal ke Waspada (level II) sejak 9 Januari 2012 pukul 21.00 WITA.
Pada 13 Oktober 2012 pukul 17.00 WITA, status Gunung Api Rokatenda dinaikkan menjadi Siaga (level III). Gunung Api Rokatenda sempat meletus pada 8 Oktober 2012 pukul 19.46 WITA.
Letusan gunung disertai suara dentuman dan sinar api, serta lontaran material pijar yang menyebabkan kebakaran semak belukar di sekitar kawah.
Gunung Rokatenda yang juga disebut Gunung Paluweh, merupakan sebuah gunung berapi di Pulau Palue, sebelah utara Pulau Flores, Nusa Tenggara Timur (NTT).
Gunung bertipe strato, merupakan lokasi tertinggi di Pulau Palue dengan ketinggian 875 meter. Gunung ini secara geografis terletak di koordinat 121 42' bujur timur, dan 8 19' lintang selatan.
Letusan terhebat pernah terjadi pada 4 Agustus-25 September 1928. Penduduk Palue saat itu sebanyak 266 jiwa. Letusan terakhir terjadi pada 23 Maret 1985, dengan embusan abu mencapai 2 kilometer, dan lontaran material lebih kurang 300 meter di atas puncak. Setelah 20 tahun 'tidur', Rokatenda kembali menunjukkan aktivitasnya pada 16 Januari 2005. (*)