Laporan Wartawan Tribun Timur/ Ilham
TRIBUNNEWS.COM MAKASSAR ,Ketua Pengurus Wilayah (PW) Muhammadiyah Sulsel KH Alwiuddin menanggapi komentar Gubernur Sulsel Syahrul Yasin Limpo, Syahrul: Kerusuhan Palopo Disusupi Teroris, dimuat harian Tribun Timur Makassar, Selasa (2/4/2013).
Selain KH Alwi, Direktur Lembaga Advokasi Pendidikan Anak Rakyat (LAPAR) Sulsel Abdul Karim dan Dosen Komunikasi Politik UIN Alauddin DR Firdaus Muhammad juga bicara soal perkataan Ketua Golkar Sulsel itu.
"Tidak sejauh itu, intinya, kejadian di Palopo itu karena nilai-nilai islam tidak difungsikan oleh masyarakat. Ini satu bukti ketidakmatangan berdemokrasi di masyarakat," kata KH Alwi kepada Tribun via telepon selularnya, Selasa (2/4/2013).
Kemarin, Syahrul menyebut kerusuhan di Palopo disusupi teroris. Polisi menangkap seorang nelayang berinisial M alias I (23) asal Kabupaten Luwu Utara (Lutra), Senin (1/4). M diduga pelaku pelemparan bom botol yang menyebabkan kantor wali kota dan beberapa fasilitas umum lainnya terbakar.
Polda Sulsel masih terus mencari modus di balik kerusuhan di Palopo. Belum ada petinggi Polri yang berani menyebut simpulan dari kerusuhan itu.
"Kemungkinan ada teroris yang sengaja memanfaatkan momen di Palopo," ujar Syahrul di kantor gubernur, Jl Urip Sumiharjo, Makassar, Senin (1/4/2013).
Menurut Syahrul, acara kecil saja seringkali disusupi teroris apalagi momentum politik seperti pilkada.
Kerusuhan di Kota Palopo akibat pilwali membuat syahrul bimbang dengan nasib delapan pilkada di kabupaten/kota di Sulsel, tahun ini.
"Tidak begitu, Ada nilai sipakatau, seperti nilai Sawrigading, Lamaddukkelleng, nilai Kajaolaliddo, nilai sipakalebbi yang tidak difungsikan di sana. Jadi kalau nilai-nilai islam seperti sipakatau itu fungsional
maka tidak akan terjadi seperti itu. Jadi kalau dikatakan (disusupi teroris) seperti itu, tidak lari ke situ. teroris kan punya arti," jelas KH Alwiuddin.
Abdul Karim, juga membantah komentar Syahrul. Menurutnya, julukan teroris semacam mahluk ilusi selalu dibicarakan, tetapi tidak pernah ditahu siapa orangnya.
"Intinya, julukan teroris menjadi wacana begitu, jadi memang gampang dipolitisasi. Ketika sudah diwacanakn pelakunya adalah teroris, maka seolah-olah masalah dianggap selesai, bisa dijadikan cuci tangan," kata Karim kepada Tribun, Selasa (2/4).
Aksi anarkis di Palopo dua hari lalu, lanjut Karim, merupakan adalah masalah besar, "yakni, kegagalan elite-elite mengendapkan demokrasi dibawah. Elite-elite pelit mamandang pilkada sebagai ruang perebutan kekuasaan, bukan ruang seleksi elite-elite," ujar Karim
Dr Firdaus menyampaikan hal senada,"iya, menurut dugaan saya, kalau pelakunya nelayan dan teroris, saya rasa itu bisa sama-sama tidak tepat. Tiba-tiba gubernur bilang teroris, tunggu dulu, karena jangan sampai bilang, wah pemerintah cuci tangan, itu harus ditelusuri dengan sejujurnya," kata Firdaus kepada Tribun, Selasa (2/4/2013).