TRIBUNNEWS.COM, GARUT - Kepala Pusat Vulkanologi Mitigasi dan Bencana Geologi (PVMBG), Surono, membenarkan adanya peningkatan status Gunung Guntur. Menurut Surono, status Guntur dinaikkan dari normal menjadi waspada terhitung mulai Selasa (2/4/2013) pukul 17.00.
Kenaikan status itu dilakukan karena terekam gempa tremor menerus (amplitudo rata-rata 10-15 mm) sejak pukul 07.00 WIB. "Karena itu kami rekomendasikan agar tidak ada aktivitas masyarakat dalam radius 2 kilometer dari puncak Gunung Guntur," katanya saat dihubungi Selasa (2/4/2013) malam.
Menurut catatan PVMBG, pada 29-31 Maret, gunung dengan ketinggian puncak 2.249 meter di atas permukaan air laut ini terekam dua kali gempa vulkanik dalam dengan amplitudo maksimum 44-46 mm dan gempa vulkanik dangkal dengan amplitudo maksimum 5-8 mm. Selain itu, terekam terjadi empat kali gempa tektonik lokal dan enam kali gempa tektonik jauh.
Sehubungan dengan peningkatan tersebut, PVMBG akan meningkatkan pemantauan secara intensif guna melakukan evaluasi kegiatan gunung dan dikoordinasikan dengan BPBD setempat.
Ia juga menambahkan, dengan status tersebut masyarakat di sekitar gunung diimbau untuk tenang dan tidak terpancing isu-isu tentang letusan gunung dan diharapkan selalu mengikuti arahan dari BPBD setempat.
Gunung Guntur pada kawah puncaknya memiliki kerucut yang merupakan titik-titik erupsi masa lalu. Setelah erupsi terakhir pada 1840-1847, berupa aliran lava dan lontaran piroklastik, Gunung Guntur belum mengalami erupsi lagi.
Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Garut, Zatzat Munazat, mengaku belum menerima data resmi mengenai kabar bahwa Gunung Guntur berstatus waspada. "Akan saya telusuri dulu. Saya akan lihat data dulu dari PVMBG, nanti akan ditindaklanjuti. Biasanya aktivitasnya masih fluktuatif," kata Zatzat saat dihubungi semalam.
Sigit, warga Kampung Warungtanjung, Desa Pasawahan, Kecamatan Tarogongkaler, mengaku sangat kaget dengan kabar peralihan status Gunung Guntur menjadi waspada. Sebab, rumahnya hanya berjarak sekitar 5 kilometer dari puncak gunung.
"Saya masih bingung apakah harus evakuasi atau bagaimana. Soalnya belum ada kabar dari pemerintah. Saya semakin takut karena di gunung itu ada galian pasir," ujar pria yang tinggal bersama anak, istri, dan adiknya ini. (Tribun Jabar/sam/tif)