TRIBUNNEWS.COM, KEDIRI - Praktik prostitusi terselubung berkedok pemandu lagu(purel) di kota-kota pinggiran Jawa Timur seperti Kediri dan Mojokerto, tumbuh subur. Purel-purel di daerah pinggiran dianggap masih polos dan lugu sehingga selalu menjadi buruan pelanggan terutama mereka bos-bos yang berasal dari Jakarta.
Ironisnya, banyak di antara purel-purel itu masih berstatus pelajar atau mahasiswa. Anton, kontraktor terkenal asal Jakarta mengaku terperanjat ketika suatu waktu diajak temannya menikmati hiburan malam di Kediri.
"Ketika itu saya bilang ke teman saya, ah..bosan nih hiburan Surabaya, monoton. Kurang tantangan, begitu-begitu saja dan mahal lagi," ujarnya.
Anton pun lalu diajak melancong ke Kediri. "Semula saya underestimate, lha Surabaya saja saya anggap biasa, lalu ada apa di Kediri. Tapi anggapan saya itu ternyata salah," kata Anton.
Awalnya, lanjut Anton ia menantang temannya untuk mencarikan tontonan paling heboh di tempat hiburan yang menjadi target mereka di malam itu. Untuk itu, Anton siap mengeluarkan berapa pun asal keinginannya tersebut terpenuhi.
Sebagai pengusaha yang kerap mendapatkan banyak proyek-proyek besar, menghambur-hamburkan uang di tempat hiburan malam di sejumlah tempat hiburan kawasan Jakarta dan Surabaya. Dan malam itu Anton menjadi 'panas dingin' karena mendapatkan suguhan yang belum pernah ia duga sebelumnya.
"Apa purel disini bisa telanjang?Saya kasih mereka Rp 1 juta per orang kalau berani bugil di depan saya," ujarnya.
Tanpa menunggu lama, di ruangan karaoke yang bisa menampung 15 orang melenggang lima orang purel dan semuanya tanpa busana.
"Gila!saya benar-benar tak percaya dengan aksi yang kami lihat malam ini,"katanya.