TRIBUNNEWS.COM – Kasi Tramtib Satpol PP Kota Kediri, Djati Utomo mengatakan, ada ratusan purel yang beroperasi di puluhan tempat hiburan malam di Kota Kediri. Dari jumlah tersebut sebagian besar merupakan warga dari luar Kota Kediri.
"Yang asli warga Kota Kediri hanya sekitar 10 persen, selebihnya dari luar kota," katanya, Rabu (10/4/2013).
Sosiolog Universitas Airlangga (Unair), Bagong Suyanto mengatakan, fenomena sosial yang terjadi di kota-kota pinggiran termasuk Kediri dan Mojokerto merupakan indikasi masyarakat impersonal.
Jenis masyarakat ini biasa terjadi di kota besar, yaitu antara warga satu dengan lainnya sudah acuh atau tidak saling peduli. “Padahal saling peduli merupakan benteng efektif untuk mencegah penyimpangan sosial,” katanya.
Bagong menilai praktik prostitusi terselubung di Kediri dan Mojokerto yang berkedok gadis pemandu lagu (purel) ini menjadi implikasi kota metropolitan sedang yang permasalahan sosialnya semakin kompleks.
“Prostitusi di kota-kota pinggiran ini menandakan persebaran penyimpangan sosial yang semakin massif di luar kota besar seperti Surabaya. Bisa jadi praktik prostitusi ini berpindah dari kota besar ke kota pinggiran,” katanya.