TRIBUNNEWS.COM, BATAM - Warga kawasan Tanjung Uma, Batam, Kepulauan Riau merasa keberatan dengan pernyataan Wakil Gubernur Kepulauan Riau Soerya Respationo. Pernyataan kepada perwakilan warga itu dinilai tidak pantas disampaikan oleh Soerya.
Salah seorang warga, Maya menuturkan, pernyataan itu disampaikan kepada delapan perwakilan warga di rumah Soerya pekan lalu. Saat itu, delapan perwakilan itu menemui Soerya untuk mencari solusi atas konflik lahan antara warga dengan salah satu perusahaan swasta.
"Perwakilan marah dibentak-bentak. Ditantang satu per satu," ujarnya di hadapan sejumlah pewarta, Minggu (20/10/2013).
Pernyataan itu salah satu pemicu kemarahan warga saat Soerya hadir di hadapan mereka pada Minggu sore. Apalagi, warga sudah emosi sejak Minggu pagi karena kehadiran massa tidak dikenal di kampung mereka.
Warga dan massa tidak dikenal itu sempat bentrok sebelum dilerai oleh polisi. Dalam insiden itu, satu unit mobil minibus terdorong ke jurang sehingga rusak di beberapa bagian. Namun, saat itu minibus sedang kosong.
Sementara sesepuh Tanjung Uma, Raja Harum menyatakan tidak tahu apa kepentingan massa tidak dikenal itu di Tanjung Uma. Bahkan, mereka dituding memancing keributan saat warga memasang patok batas lahan.
"Kami menandai lahan sendiri, bukan punya orang lain. Kami tidak tahu kenapa orang-orang yang tidak jelas asalnya itu datang dan bikin ribut," ujarnya.
Mengenai insiden di rumah Soerya, Raja menyatakan belum saatnya diungkapkan. Ia ingin berkonsentrasi menenangkan massa agar bentrokan tidak meluas.(Kris R Mada)