Tribunnews.com, Buleleng — Warga Desa Sumberkelampok, Kabupaten Buleleng, Bali, tetap akan memblokade Jalan Gilimanuk-Singaraja. Mereka akan membuka jalan itu apabila Gubernur Made Mangku Pastika datang menemui warga untuk berdialog soal tanah yang ditempati warga selama ini.
Hingga Jumat (8/11/2013) malam, blokade jalan yang terjadi sejak Kamis sekitar pukul 11.00 tersebut berdampak kepada semakin panjangnya antrean truk yang akan menyeberang ke Jawa Timur melalui Pelabuhan Gilimanuk, Kabupaten Jembrana. Truk-truk tersebut umumnya bermuatan material dan hasil bumi, beberapa truk kosong karena telah mengirim barang ke Bali.
Antrean truk tersebut mulai dari lima kilometer dari lokasi doa bersama di Desa Sumberkelampok, hingga lima kilometer ke arah timur Singaraja menuju Pelabuhan Gilimanuk.
Para sopir truk itu memilih bertahan menunggu dibukanya blokade. Alasannya, jalan alternatif melalui Kabupaten Tabanan ke Pelabuhan Gilimanuk, yang berjarak sekitar 150 kilometer, lebih panjang sekitar tujuh kali lipat jika melalui Sumberkelampok. Selain itu, beberapa ruas jalan menanjak juga menyulitkan truk bermuatan berat.
Meski demikian, para sopir tetap dirugikan akibat blokade tersebut. Ketut Santika, sopir truk asal Singaraja, misalnya, telah tertahan selama 26 jam lebih di Jalan Singaraja. Padahal, perjalanan menuju pelabuhan cukup ditempuh selama dua jam.
Ketut membawa 5.500 kelapa untuk dikirim ke Banyuwangi, Jawa Timur, dengan bayaran Rp 150.000 sekali angkut. Jika kelapa sudah sampai di tujuan, ia bisa membawa muatan lagi kembali ke Singaraja dengan bayaran yang sama Rp 150.000.
Pendapatan berkurang
Blokade jalan tersebut membuat pendapatannya berkurang. Ia pun harus menambah pengeluaran untuk membeli makanan dan minuman sambil menunggu jalan dibuka kembali.
Beberapa sopir truk lainnya juga mengatakan alasan senada dengan Santika.
Sejumlah sopir yang truknya bermuatan barang ringan dan tidak bisa bertahan lama memilih jalur alternatif. Selain itu, bus penumpang juga menggunakan jalur lain ke Gilimanuk atau Denpasar.
Kepala Biro Humas Pemerintah Provinsi Bali Ketut Teneng mengatakan, pemerintah provinsi menjanjikan pertemuan warga dengan Gubernur pada Senin (11/11/2013) siang. Pastika juga mengundang beberapa anggota DPRD Bali.
Namun, warga tetap bertahan, menginginkan Gubernur datang untuk berdialog dengan warga. Warga berharap tanah aset pemprov yang mereka tempati selama ini bisa disertifikatkan atas nama warga.
Hingga kemarin malam, puluhan aparat kepolisian dan TNI masih berjaga di lokasi blokade. Kepala Kepolisian Daerah Bali Irjen Benny Mokalu bersama Kepala Polres Buleleng Ajun Komisaris Besar Beny Arjanto, Dandim 1609 Buleleng Letkol Infanteri Nugroho Dwi Hermawan, dan pejabat setempat berupaya bernegosiasi agar warga membuka blokade jalan. Namun, hingga berita ini diturunkan pukul 23.00 belum ada titik temu. (ays)