Tribunnews.com, Probolinggo - Suasana haru menyelimuti ruang jenazah RSUD Tongas, Kabupaten Probolinggo, Sabtu (28/12/2013) malam saat keluarga menjemput korban kecelakaan yang menewaskan 18 orang di Jalan Raya Tongas, Desa Curah Tulis, Kecamatan Tongas, Kabupaten Probolinggo.
Hilmi (25) tak mampu menyembunyikan kesedihannya. Tangisnya pecah saat melihat jenazah ibu kandungnya, Yayuk (45) dibawa masuk ke dalam mobil ambulans untuk dibawa pulang.
Dia tak menyangka ibunya bakal meninggal sore itu.
Malam sehari sebelum kejadian ibunya sempat mengalami kecelakaan. "Tadi malam ibu juga jatuh dari motor, berboncegan dengan bapak," kata dia ditemui di depan ruang jenazah.
Ia menuturkan, bersama tetangga dan kerabat, ibunya pergi ke Kabupaten Pasuruan untuk melayat seseorang di Kecamatan Bangil, Kabupaten Pasuruan.
"Ibu pergi melayat di Bangil, ada saudara Nyai Huniah, pemilik Pondok Pesantren Mihtahul Ulum yang meninggal," kata warga Dusun Pelampekan, Desa Mentor, Kecamatan Sumber Asih, Kabupaten Probolinggo ini.
Anak bungsu dari dua orang bersaudara ini mengatakan, seharusnya ia dan kakaknya Rumani (27) yang akan pergi melayat. Namun ibunya yang sudah memiliki tiga cucu ini melarang dan meminta agar ia dan kakaknya tetap di rumah.
"Seharusnya saya dan kakak saya yang pergi (melayat). Tapi ibu melarang. Dia sempat bilang, biar saya yang jadi korban kalau ada kecelakaan," terangnya sambil mengusap air matanya.
Kesedihan juga dirasakan Sadi, warga Desa Mentor, Kecamatan Sumber Asih Kabupaten Probolinggo yang kehilangan istrinya Leli/Sulis (30) dan anaknya Indah (5).
Pria bertubuh kurus ini tampak sangat terpukul, menjerit, dan menangis dengan suara keras saat menggendong anaknya dan membawanya ke dalam mobil ambulans bersama almarhum istrinya.
Ke-18 jenazah diantar ke rumah keluarga masing-masing dengan 17 ambulans milik Puskesmas se-Kabupaten Probolinggo.