Laporan Wartawan Tribun Manado, Riyo Noor
TRIBUNNEWS.COM, MANADO - Gubernur Sulawesi Utara Sinyo Harry Sarundajang melanjutkan sosialisasinya sebagai calon presiden dari Konvensi Partai Demokrat di Provinsi Nusa Tenggara Barat, Senin (13/1/2014), di Hotel Lombok Raya Mataram.
Sosialisasi Anggota Dewan Pembina Partai Demokrat ini berbentuk silaturahmi dan dialog dengan tokoh organisasi muslim Nahdlatul Ulama dan Muhammadiyah. Turut hadir organisasi kepemudaan GP Ansor dan Pemuda Muhammadiyah, serta mahasiswa dari Institut Agama Islam Negeri Mataram.
Kegiatan digelar Pengurus Wilayah Gerakan Pemuda Ansor (GP Ansor) Wilayah NTB. Kurang lebih dua ribu orang yang hadir. Kepada mereka Sarundajang menyampaikan orasi kebangsaan selama 45 menit itu.
Tanpa teks, ia lugas menyampaikan pengalamannya ketika memimpin daerah Maluku dan Maluku Utara yang tengah di dera konflik. Kala itu ia ditunjuk sebagai Penjabat Gubernur dan Penguasa Darurat Sipil.
Dalam orasinya, Sarundajang menyampaikan, bangsa Indonesia sebenarnya negara ajaib di tengah-tengah dunia yang modern.
"Mengapa demikian? Karena kita memiliki berjuta kepelbagaian baik suku, budaya, agama, bahasa, yang mendiami bangsa yang terdiri dari lebih dari 17 ribu pulau, dan kita masih sebagai satu keluarga dalam himpunan NKRI," ungkap penerima gelar Doktor Honoris Causa dari UIN Maulana Malik Ibrahim Malang tersebut.
Hal penting yang harus disadari dalam memelihara kerukunan dan menjaga kemajemukan, bagaimana masing-masing individu memahami dan menerima kenyataan bahwa hidup kita adalah sebagai pemberian dari Yang Maha Kuasa.
"Hidup ini adalah 'given' (anugerah) dari Allah SWT, dan oleh sebab itu marilah kita kembalikan semuanya itu kepada Dia yang memiliki kehidupan kita," kata mantan Wali Kota Bitung ini.
Orasi kebangsaan itu juga disampaikan dengan kutipan ayat suci Al-Quran dalam surat ar-Ra'du ayat 11: "Allah tidak akan mengubah nasib suatu kaum, kecuali kaum itu sendiri yang mengubah nasibnya" dan dalam surat al-Anfal ayat 53: "Demikianlah Allah sekali-kali tidak akan merubah kenikmatan yang telah dikaruniakan pada suatu bangsa, kecuali bangsa itu sendiri yang merubahnya.
Bahkan ia melafalkan ayat suci itu dengan bahasa Arab. Gubernur Sulut itu mendapat aplaus para peserta dialog.
Ketua Pengurus Wilayah NU NTB Tuan Guru Haji Achmad Taqiuddin Mansur, Pimpinan Pengurus Wilayah Muhammadiyah NTB Lukmanul Hakim, dan Presiden BEM IAIN Mataram Bahwan, masing-masing memberikan tanggapan tentang orasi yang disampaikan Sarundajang.
Ketua PW NU NTB Mansur, misalnya, mengatakan, Sarundajang selama perjalanan karirnya mencerminkan seorang sosok pemimpin yang mampu memahami situasi dan kebutuhan orang yang dipimpinnya.
"Pengabdian Sarundajang dalam menjalankan tugas khususnya saat mengatasi konflik di beberapa daerah merupakan cerminan Pemimpin yang amanah. Pemimpin yang seperti ini yang sesungguhnya dibutuhkan bangsa ini kedepan," ujarnya.
Hadir dalam kegiatan tersebut selain para panelis di atas, mewakili Gubernur NTB Asisten Pemerintahan dan Kesra Rosadi Sayuti, Rektor IAIN Mataram H Mansun, Ketua PW GP Ansor NTB Suaeb Quiri, Ketua Pemuda Muhammadiyah NTB Ustad Muharar Ikbal. Hadir juga kalangan Kawanua yang berdomisili di NTB, George Wenas selaku Ketua Dewan Pembina Kerukunan Kawanua Maesa NTB.