TRIBUNNEWS.COM, PEKALONGAN - Para pengungsi korban banjir di Pekalongan mulai diserang penyakit. Keluhan mereka bervariasi mulai dari sakit perut, pusing, gatal, hingga sesak nafas.
Pengungsi yang berada di Gedung Kopindo, Wiradesa, Kabupaten Pekalongan, Jaumui (55) mengatakan, dia mengalami pusing-pusing, setelah dua hari berdiam diri di tempat pengungsian. "Masuk angin, rasanya kepala pusing, di sini banyak yang terkena batuk pilek," kata warga Jalan Haji Suyuti RT 10 RW 03, Tegaldowo, Kabupaten Pekalongan, Senin (20/1/2014).
Hal yang sama dikatakan pengungsi lain, Badriah (40), warga Jalan Honggowigyo RT 08 RW 03, Tegaldowo, Kabupaten Pekalongan. Wanita itu mengaku sudah dua hari ini hanya bisa tidur berselimut kain seadanya saja karena badannya masih terasa panas.
"Sudah diperiksa dokter, kata dokternya kena demam. Di sini (pengungsian--Red) memang hawanya dingin," keluhnya.
Dari pantauan Tribun Jateng, lokasi pengungsian di Gedung Kopindo itu diisi oleh ratusan jiwa. Namun, fasilitas kamar mandi di tempat itu hanya satu. Akibatnya, banyak dari pengungsi yang mengalami kesulitan ketika hendak membersihkan diri.
Seorang pengungsi, Suparno (50) mengaku, seringkali pusing karena berebut kamar mandi. Warga Desa Jeruksari itu mengaku, sudah tiga hari belakangan tidak bisa mandi. "Jangankan mandi, untuk buang air kecil kami harus mengantre dengan penghuni lain," katanya.
Untuk melayani pengungsi, Pemkab Pekalongan melalui Dinas Kesehatan Kabupaten (DKK) Pekalongan menyiagakan dua orang tim medis yang berjaga bergiliran selama 24 jam. Posko tim medis yang berada di area pintu masuk terus melayani para pengungsi yang mengeluh sakit.
Petugas kesehatan, dr Dimas Widayu mengatakan, posko kesehatan yang dijaganya bahkan tak pernah sepi dari para pengungsi yang mengeluh sakit. "Rata-rata pengungsi mengeluh sakit flu, ISPA, penyakit kulit, dan mual. Yang dewasa rata-rata mengeluhkan sakit pusing, anak-anak banyak yang gatal," katanya.
Dimas menambahkan, di posko kesehatan yang dijaganya, obat yang disediakan cukup lengkap. "Namun yang sering diminta oleh para pengungsi adalah jenis balsam atau minyak kayu putih sebagai penghangat tubuh," katanya.
Dari segi logistik, makanan dan minuman juga tersedia lengkap. Selain itu karena banyak diisi oleh balita para petugas setempat juga menyediakan perlengkapan bayi seperti pampers dan makanan bayi.
Dari pagi hingga malam hari datangan dari berbagai pihak terus berdatangan. Mereka menyumbang bermacam-macam, seperti nasi bungkus, mi instan, air mineral, dan ada juga yang menyumbang pakaian bekas layak pakai.
Selain itu, berada di depan gedung pengungsian beberapa provider seluler, seperti XL dan Simpati, menyediakan layanan telepon gratis kepada para korban pengungsian yang ingin berkabar kepada sanak saudaranya. (Tribun Jateng certak/wan)